News
Senin, 9 September 2013 - 14:03 WIB

HARGA KEDELAI NAIK : “Perlu Inovasi Pangan”

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pabrik Tahu (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Pabrik Tahu (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kenaikan harga kedelai yang memukul para perajin tahu tempe, dinilai sebagai buah dari sejumlah faktor.

Advertisement

Seorang ekonom, Indef Aviliani, saat dihubungi SOLOPOS FM dalam sesi Dinamika 103, Senin (9/9/2013) mengatakan, nilai tukar rupiah terhadap dolar serta belum adanya kejelasan mengenai kebijakan kebutuhan pokok masyarakat, membuat Indonesia begitu bergantung pada impor.

Aviliani juga mendorong produksi kedelai dalam negeri yang saat ini belum mencapai 30% dari total kebutuhan masyarakat. Namun dia mengakui, iklim Indonesia memang turut mempengaruhi produktivitas tanaman kedelai.

Disisi lain, Aviliani juga menyoroti kewenangan Bulog yang dibatasi untuk mengelola kebutuhan pokok nasional. Untuk itu, Aviliani mendorong Pemerintah memberikan kewenangan yang lebih kepada Bulog mengelola kebutuhan pokok, bukan hanya memberi kewenangan impor saat harga sedang tinggi saja. Menurut dia, Pemerintah harus secara tegas menetapkan kebutuhan pokok yang dibutuhkan masyarakat untuk keperluan menstabilkan harga.

Advertisement

“Pemerintah harus tetapkan jenis kebutuhan pokok yang berkisar 9-10, agar ketahanan pangan kita terjaga.”

Disisi lain, Pemerintah juga diminta mendorong masyarakat agar melakukan inovasi terhadap pangan, sehingga tidak selalu tergantung impor, apabila bahan makanan yang ada, mahal atau langka di pasar. “Misalnya perajin bisa membuat tempe dari bahan lain yang bukan kedelai.”

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif