News
Minggu, 25 Agustus 2013 - 07:11 WIB

HARGA KEDELAI NAIK : Perajin Tahu Tempe Terancam Gulung Tikar

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Perajin Tahu (Dok/JIBI/Solopos)

Ilustrasi Perajin Tahu (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kalangan perajin tahu dan tempe di Kota Solo makin terjepit. Tingginya harga kedelai makin mengancam lantaran sampai saat ini belum ada langkah riil dari pemerintah untuk mengantisipasi kenaikan harga kedelai.

Advertisement

Ketua Paguyuban Perajin Tahu dan Tempe Sumber Rejeki Mojosongo, Acok Warso, berharap pemerintah maupun Pemerintah Kota (Pemkot) Solo segera turun tangan jangan sampai perajin tahu tempe gulung tikar.

“Sekarang ini kami hanya bisa bertahan saja. Apalagi harga kedelai yang kami terima hari ini [Sabtu] sudah naik lagi dari terakhir Rp8.500 per kilogram menjadi Rp8.550 per kilogram,” kata Acok, dihubungi Solopos.com, di lokasi usahanya, Sabtu (24/8/2013).

Menurutnya, dengan harga kedelai saat ini sangat sulit bagi produsen tahu tempe untuk melakukan penyesuaian antara kapasitas produksi dan keuntungan yang diperoleh. Dan sejauh ini, kata Acok, perajin tahu tempe hanya bisa bertahan sendiri dan belum pernah ada bantuan dalam bentuk apapun dari pemerintah. Padahal, solusi riil dari pemerintah sangat diperlukan bagi keberlangsungan produksi tahu dan tempe di wilayah Solo.

Advertisement

Primkopti

Dengan minimnya bantuan dan perhatian dari pemerintah, lanjut Acok, perajin hanya bisa memantau pergerakan harga kedelai dan berharap harga kedelai berangsur turun. Hingga akhir pekan kemarin harga tempe dan tahu masih terpantau stabil.

Perajin dan pedagang belum bisa menaikkan harga tahu dan tempe, hanya saja ukuran tahu dan tempe semakin mengecil.  “Ya kalau harga kedelai naik, ukuran tahu tempe diperkecil terus ya lama-lama habis. Kalau bisa, persoalan ini jangan dibiarkan terus, kasian perajin.”

Advertisement

Belum lama ini, Kepala Bidang Kelembagaan Koperasi, Dinas Koperasi dan UMKM Kota Solo, Didik Adi Putranto, selama Pemkot Solo sudah membina koperasi milik produsen tahu dan tempe, Primer Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Primkopti). Diakuinya, kinerja produsen tahu dan tempe yang tergabung dalam koperasi ini belum menggembirakan. Kinerja koperasi juga belum begitu memuaskan. Hal ini, menurut Didik, terlihat dari aset koperasi yang masih cukup rendah.

“Kami ada pembiayaan berupa dana bergulir yang sebenarnya bisa dimanfaatkan anggota koperasi untuk urusan modal,” kata Didik.

Persoalannya, lanjut Didik, anggota Primkopti terus menyusut. Jauh hari sebelumnya, sudah banyak perajin tahu dan tempe yang gulung tikar.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif