News
Senin, 26 November 2012 - 15:15 WIB

HARGA DAGING SAPI NAIK: Peternak Tak Ikut Menikmati Kenaikan Harga

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Dwi Prasetya)

SEMARANG – Pakar peternakan Universitas Diponegoro Semarang Prof Sunarso mengatakan kenaikan harga daging sapi yang terjadi belakangan ini tak dinikmati oleh para peternak sapi.
Advertisement

“Yang menikmati ya pedagang sapi atau blantik, kalau peternak sapinya tidak atau belum terlalu menikmati kenaikan harga daging sapi di pasaran,” kata Guru Besar Fakultas Peternakan Undip itu di Semarang, Senin. Menurut dia, kebanyakan peternak sapi di Indonesia selama ini masih memiliki sistem pemasaran yang lemah sementara keberadaan blantik yang mengambil stok sapi-sapi dari peternak memang cukup kuat. Akibatnya, kata dia, peternak sapi justru tidak banyak menikmati keuntungan meski kenaikan harga daging sapi beberapa waktu lalu sangat drastis, bahkan di sejumlah daerah mencapai Rp100 ribu/kilogram.

Ia mengakui melonjaknya harga daging sapi di pasaran sejak beberapa waktu lalu memang disebabkan banyak faktor, salah satunya menipisnya stok daging sapi sementara permintaan masyarakat relatif tetap. “Sepengetahuan saya, tingkat konsumsi protein hewani, khususnya daging sapi oleh masyarakat Indonesia masih sedikit. Meski demikian, jika suplai berkurang sementara permintaan tetap, harga naik,” katanya.

Kebijakan pemerintah yang memangkas kuota impor daging sapi dari luar negeri, ungkap dia, turut menjadikan andil dalam melonjaknya harga daging sapi di pasaran, meski tujuan pemerintah sebenarnya baik. Sunarso yang juga Sekretaris Senat Undip itu mengatakan pemangkasan kuota impor daging oleh pemerintah memang dimaksudkan untuk menyiapkan swasembada daging sapi yang diharapkan tercapai 2014.

Advertisement

Namun, kata dia, kemungkinan para blantik “bermain” sehingga menyebabkan kelangkaan suplai daging di pasaran juga bisa menyebabkan kenaikan sehingga harus segera diselesaikan untuk menstabilkan kembali harga. Ia menjelaskan pemerintah sebaiknya mengkaji kembali program Sapta Usaha Peternakan semasa pemerintah Orde Baru yang terbukti mampu meningkatkan produktivitas sektor peternakan, termasuk sapi di tanah air.

Program Sapta Usaha Peternakan, kata dia, meliputi penyediaan bibit unggul, perkandangan, pakan berkualitas, pengendalian hama dan penyakit, perkembangbiakan, pemasaran, hingga pengelolaan pascapanen. “Tujuh poin itu sangat berperan dalam memajukan peternakan sehingga harus dikuatkan. Kalau peternak bisa meningkatkan produksi, tetapi pemasarannya masih lemah ya sama saja. Kasihan peternak,” kata Sunarso.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif