News
Rabu, 6 September 2017 - 11:15 WIB

HAJI 2017 : Pasutri Sukoharjo Wafat di Tanah Suci: Ciuman Terakhir Mbah Darso untuk Istri Tercinta...

Redaksi Solopos.com  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Momen saat Mbah Darso mencium Mbah Sumiyati. (Foto Istimewa/Dumai/KBIH MTA)

Haji 2017, wafatnya pasangan lansia asal Sukoharjo, Sudarso dan Sumiyati, usai berhaji meninggalkan banyak cerita mengharukan. Berikut laporan wartawan Solopos, Mulyanto Utomo, dari Tanah Suci.

Solopos.com, MEKAH — Kisah meninggalnya pasangan lanjut usia asal Sukoharjo, Sudarso, 82, dan Sumiyati, 72, seusai menjalankan ibadah haji masih menjadi bahan perbincangan di antara para jemaah haji khususnya Kloter 36 Solo di Maktab 54, Jarwal, Mekah.

Advertisement

Di balik perjalanan suci ibadah haji Mbah Darso dan Mbah Sumiyati yang berakhir sehidup semati, terdapat kisah mengharu biru sepanjang perjalanan mereka dari kediaman di Dusun Tuwak RT 002/RW 002, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo. (baca: Sehidup Semati, Pasutri Asal Sukoharjo Wafat Usai Berhaji di Tanah Suci)

Adalah Dumai S. Muchsan, 36, tetangga se-RT yang ditakdirkan mendampingi Mbah Darso Kakung dan Putri sejak berangkat dari Embarkasi Haji Donohudan hingga keduanya akhirnya dimakamkan di pemakaman umum Soraya, Makah Al Mukaromah.

Advertisement

Adalah Dumai S. Muchsan, 36, tetangga se-RT yang ditakdirkan mendampingi Mbah Darso Kakung dan Putri sejak berangkat dari Embarkasi Haji Donohudan hingga keduanya akhirnya dimakamkan di pemakaman umum Soraya, Makah Al Mukaromah.

“Kami sebelumnya bahkan belum saling mengenal, sampai kemudian dalam sebuah acara walimatul safar haji di kampung kami berkenalan dan ternyata berada di kloter yang sama, meskipun kami berbeda di kelompok bimbingan ibadah haji [KBIH],” ungkap Dumai saat berbincang di lobi hotel Maktab 54, Jarwal, Selasa (5/9/2017).

Sehari sebelum keberangkatan, kata Dumai, sebenarnya Mbah Darso Putri baru saja keluar dari rumah sakit.

Advertisement

“Tiga hal yang membuat saya terharu adalah semangat Mbah Kakung yang luar biasa dalam mendampingi Mbah Putri. Kedua, keikhlasan Mbah Kakung untuk membersamai Mbah Putri, dan ketiga rasa cinta mendalam Mbah Kakung yang begitu setia dan penuh kasih sayang dalam merawat Mbah Puteri,” kata pengusaha muda di bidang elektronik ini.

Dumai lah yang dari hari ke hari menjadi penghubung komunikasi antara Mbah Darso dan putri-putrinya di Tanah Air, termasuk mendokumentasikan semua aktivitas Mbah Darso berdua di Tanah Suci yang kemudian dia kirim lewat aplikasi Whatsapp.

Salah satu momen paling dramatis dan mengharukan bagi Dumai adalah ketika Mbah Darso Kakung memberikan ciuman terakhir kepada Mbah Darso Putri saat masih hidup ketika dia dirawat di Rumah Sakit Madinah.

Advertisement

“Begitu sampai di Madinah memang Mbah Putri sempat masuk rumah sakit. Nah saat saya dan Mbah Kakung besuk sehari setelahnya itulah waktu akan pamit Mbah Kakung bilang ke Mbah Putri, ‘disun sik ra Mbah Putri…[dicium dulu nggak Nek]’ perawat dan saya yang ada di situ justru yang menjawab; ‘ya disun to Mbah…” kisah Dumai.

Momentum Mbah Darso Kakung mencium Mbah Sumiyati tak disia-siakan Dumai untuk mendokumentasikannya. Dumai menyebut itu sebagai ciuman terakhir Mbah Darso Kakung, karena setelah itu Mbah Darso Kakung sibuk mengawal Mbah Putri yang kian melemah.

“Mbah Darso Kakung sesungguhnya sudah ikhlas dan terlihat tabah. Wong malah dia bilang ke saya begini, ‘Mas Dumai, saya jadi teringat kata Pak Dokter di RS PKU yang merawat Mbah Putri, kalau Mbah Putri ini memang ingin meninggal di Mekah’,” ungkap Dumai.

Advertisement

Kematian Mbah Darso lah yang sesungguhnya mengagetkan banyak pihak, termasuk Dumai. Putri-putri Mbah Darso di Solo bahkan juga ikut terkejut, karena secara medis Mbah Kakung Darso tidak memiliki catatan medis sebagai penderita penyakit tertentu.

“Mbah Darso sempat menangis haru, bersyukur dan merangkul saya saat saya berita tahu kalau jenazah Mbah Putri disalatkan di Masjidil Haram oleh jutaan umat Islam. Eh lah kok sehari kemudian saya mendapat kabar Mbah Kakung menyusul Mbah Putri,” papar Dumai dengan mata berkaca-kaca.

Akhirnya, semua kembali kepada takdir Allah. “Allah sudah berkehendak Mbah Kakung dan Mbah Putri dipanggil di Tanah Suci ini dengan disalatkan oleh jutaan umat Islam… insya Allah khusnul khotimah,” tambah Dumai.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif