News
Rabu, 6 Maret 2013 - 11:57 WIB

Hadapi Pemberlakuan Asean Economic Community, UKM Indonesia Masih Rentan

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang pengrajin ventilasi dari kayu di Gawanan, Colomadu, Karanganyar, sedang menggarap produknya. Para pengusaha kecil dan menengah masih sangat rentan dalam menghadapi pemberlakuan Asean Economis Community (AEC) pada 2015 mendatang. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

Seorang pengrajin ventilasi dari kayu di Gawanan, Colomadu, Karanganyar, sedang menggarap produknya. Para pengusaha kecil dan menengah masih sangat rentan dalam menghadapi pemberlakuan Asean Economis Community (AEC) pada 2015 mendatang. (JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu)

JAKARTA — Kamar Dagang dan Industri Indonesia menegaskan pelaku usaha kecil dan menengah Indonesia sangat rentan menghadapi pasca Asean Economic Community (AEC) yang diberlakukan pada 2015 mendatang.
Advertisement

Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Erwin Aksa, menegaskan hal itu akan terjadi apabila pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) tersebut tidak diperkuat demean inovasi yang sangat diperlukan meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

”Menghadapi Asean Economic Community (AEC) kita harus fokus pada perkuatan UKM. Yang paling penting scale up atau membesarkan skala usahanya harus dilakukan,” katanya. Jika kapasitas usaha dinaikkan, secara otomatis biaya produksi turun dan bisa berkompetisi dengan perusahaan lain yang melakukan impor. Kalau tidak bisa melakukan efisiensi dan meningkatkan kapasitas produksi, maka UKM Indonesia sulit bersaing.

Menurut dia, ada dua cara yang bisa dilakukan UKM menghadapinya, yakni membesarkan skala usaha atau mereka menggabungkan diri menjadi satu serta menciptakan inovasi baru yang bisa bersaing. UKM, katanya, memiliki potensi besar untuk terus dikembangkan. Namun terkendala dengan masalah permodalan, teknologi, dan produktivitas. Selama ini, produktivitas masih mengandalkan cara tradisional saat memasuki proses produksi. Akibatnya, UKM sulit bersaing dengan perusahaan yang berkapasitas lebih besar. “Bahkan produk mereka tergerus oleh gempuran produk impor dari negara lain yang terus membanjiri pasar domestik.”

Advertisement

Kadin sebenarnya bisa bekerjasama dengan lembaga dan universitas untuk mengelola riset sehingga bisa membangun pilot project di berbagai daerah. Khususnya untuk memperkuat posisi UKM nasional menghadapi AEC 2015.

“Industri makanan, buah-buahan, dan pertanian yang memiliki potensi besar perlu kita dorong supaya lebih kuat. Bagaimana merubah pola pikir dan permodalan, perlu kita buat pilot project-nya. Kadin cari daerah dan provinsi yang kuat di bidang yang menyentuh pengusaha UKM harus mengawal proyek tersebut.”

Dijelaskan, ada tiga hal yang bisa diimplementasikan sehingga inovasi bisa dirasakan pada komunitas bisnis tersebut. Yakni, inovasi yang terkait dengan budget APBN dan APBD, inovasi terkait hubungan UKM dengan perusahaan-perusahaan besar BUMN dan swasta serta inovasi terkait market driven.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif