News
Minggu, 26 Maret 2023 - 06:06 WIB

Guru Vokasi: Latih Mental Siswa SMK Agar Lebih Siap Masuk Dunia Kerja

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi siswa SMKN Jateng. (Solopos.com-Pemprov Jateng)

Solopos.com, SOLO—Dunia kerja jelas berbeda ketika masih duduk di bangku sekolah. Hingga kini penyesuaian mental masih menjadi masalah bagi siswa SMK atau sekolah vokasi secara umum, terutama ketika harus masuk ke industri.

Dunia industri yang menuntut profesionalitas tentu menjadi tantangan bagi siswa yang baru lulus. Sekolah vokasi, baik itu SMK atau pun perguruan tinggi, dituntut untuk bisa menyiapkan mental peserta didiknya menghadapi dunia industri.

Advertisement

Guru SMK Wirakarya Karanganyar, Agus Yulian, bercerita pengalamannya bertahun-tahun mengajar di sekolah vokasi seperti SMK. Menurut dia, anak hari ini dibesarkan dalam kondisi yang serba instan. Dia beranggapan lingkungan hari ini yang serba instan mempengaruhi mental peserta didik. 

“Karena rata-rata generasi yang lahir di era 2.000-an ini memang gaya hidupnya bukan tipe pekerja keras, lebih mageran karena ada media sosial dan segala sesuatu serba instan, dan itu bisa jadi faktor yang menyebabkan secara mental mereka belum siap untuk memasuki dunia industri,” kata dia kepada Solopos.com, Jumat (24/3/2023).

Advertisement

“Karena rata-rata generasi yang lahir di era 2.000-an ini memang gaya hidupnya bukan tipe pekerja keras, lebih mageran karena ada media sosial dan segala sesuatu serba instan, dan itu bisa jadi faktor yang menyebabkan secara mental mereka belum siap untuk memasuki dunia industri,” kata dia kepada Solopos.com, Jumat (24/3/2023).

Agus mengungkap tantangan itu sudah sejak lama dihadapi guru-guru SMK. Namun, bukan berarti peserta didik tidak bisa dibentuk secara mental, menurut dia perlu sedikit penyesuaian kurikulum dan cara mengajar agar relevan dengan perkembangan perilaku peserta didik..

“Memang benar saat ini tantangan terbesar kami, khususnya di lembaga pendidikan kejuruan adalah bagaimana kami, seorang guru membentuk mental anak yang siap kerja,” lanjut dia.

Advertisement

“Maka dari itu, di kurikulum merdeka itu benar-benar di-upgrade kemampuan atau skill anak. Ibaratnya kalau belajar itu lebih banyak praktiknya. Nah itu salah satu metode yang kami lakukan untuk mempersiapkan anak, secara mentalitas agar siap masuk lapangan kerja,” ujar dia.

Praktik di industri menurutnya yang paling ideal ketika peserta didik ditempatkan di posisi yang sesuai jurusannya. Dengan begitu, Agus mengatakan siswa akan paham dengan sendirinya bagaimana ritme kerja di industri.

“Praktik kerja lapangan, nah itu kan salah satu cara untuk menunjukan mentalitas anak agar paham nantinya di dunia industri seperti apa,” tutur dia.

Advertisement

Terpisah, Wakil Direktur III Politeknik Pratama Mulia, Siswanto, bercerita masalah mental peserta didik yang akan masuk dunia kerja bukan persoalan baru. Dia mengaku sering melakukan audiensi langsung dengan beberapa industri.

“Intinya memang yang nomor satu tidak pada pinternya, tapi pada mental dan softskill, jadi yang tangguh, attitude nya bagus, dan daya juangnya bagus,” lanjut dia.

Siswanto mengatakan sudah sering mendapati peserta didik yang meki sudah dipikat oleh industri, namun tidak siap secara mental. Menurut dia, banyak faktor yang mempengaruhi.

Advertisement

“Ternyata permasalahannya yang terjadi anak tidak siap secara mental karena tidak boleh ibunya, kemudian kalau diterimanya di luar pulau Jawa dirasa kok jauh,” tutur dia.

Dia menjelaskan selain menempatkan peserta didik magang langsung di industri. Kegiatan organisasi bisa menjadi sarana melatih mental. Sebab di organisasi secara tidak langsung akan melatih kemandirian dan disiplin mengatur kegiatan.

“Kami coba melatih mental anak-anak itu lewat softskill, jadi kegiatan-kegiatan kemahasiswaan itu kita wajibkan, kemudian himpunan-himpunan mahasiswa program studi kita support untuk mengadakan kegiatan-kegiatan mandiri seperti workshop, webinar, dan lain-lain,” ujar dia.

Cara tersebut, menurut Siswanto cukup efektif menjadikan peserta didik sedikit demi sedikit tumbuh dewasa, bisa berpikir secara matang, dan ada rasa percaya diri. “Disitulah kami mengalami peningkatan atau kesiapan mental anak,” kata dia. 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif