SOLOPOS.COM - Bagian luar gedung Koni Sulut yang mengalami kerusakan akibat gempa magnitudo 6,2 yang berpusat di Sahu, Halmahera Barat, Maluku Utara, Senin (11/9/2023). (ANTARA/Jorie Darondo)
Solopos.com, HALMAHERA — Gempa bumi magnitudo 6,2 yang mengguncang wilayah Sahu, Halmahera Barat, Maluku Utara, Senin (11/9/2023) malam, mengakibatkan bagian luar gedung Hall B KONI Sulawesi Utara (Sulut) rusak.
Gempa bumi terjadi akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku.
Berdasarkan data BMKG, gempa magnitudo 6,2 terjadi sekitar pukul 20.51 WITA.
Sekretaris Umum KONI Sulut, Tony Kulit, mengatakan aksesoris yang berada di bagian luar samping barat gedung mengalami kerusakan.
Sekretaris Umum KONI Sulut, Tony Kulit, mengatakan aksesoris yang berada di bagian luar samping barat gedung mengalami kerusakan.
“Sementara bagian dalam gedung tersebut aman,” kata Tony, saat berada di lokasi KONI, Senin malam.
Dia mengatakan, saat terjadi gempa ada anak-anak sementara melakukan latihan di dalam gedung tersebut, lalu mereka keluar.
“Kita mengamankan lokasi ini supaya masyarakat tidak mendekati tempat bencana, untuk mengantisipasi gempa susulan,” katanya.
Menurut Teddy dari patroli wilayah yang dilaksanakan, dan pemantauan dilakukan baru Gedung KONI yang mengalami kerusakan akibat gempa.
“Belum ada laporan kerusakan lainnya, baru gedung KONI ini,” katanya saat ditemui di lokasi kejadian.
Badan Meteorologi Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan wilayah Sahu, Halmahera Barat, Maluku Utara, diguncang gempa magnitudo 6,2 akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku.
Kepala Pusat Gempa bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengatakan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 1,18 Lintang Utara (LU) dan 127,44 Bujur Timur (BT), atau tepatnya berlokasi di darat pada kedalaman 152 km.
“Dengan memerhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi menengah akibat adanya aktivitas subduksi lempeng Laut Maluku,” katanya.
Ia menambahkan hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa bumi ini memiliki mekanisme pergerakan naik (thrust fault).
Daryono juga memutakhirkan informasi yang pada awalnya berkekuatan magnitudo 5,9 menjadi magnitudo 6,2.
Ia mengemukakan gempa bumi yang terjadi pada pukul 19.51 WIB itu dirasakan di Jailolo, Kota Manado, Sangihe, dan Kotamobagu, dengan skala intensitas III-IV MMI (Modified Mercally Intensity).
Artinya, pada siang hari dirasakan oleh orang banyak dalam rumah, di luar oleh beberapa orang, gerabah pecah, jendela/pintu berderik dan dinding berbunyi.