News
Senin, 17 Oktober 2022 - 09:35 WIB

Gegara Perang Rusia vs Ukraina, Pertemuan G20 Berakhir Tanpa Komunike

Feni Freycinetia Fitriani  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Menteri Keuangan Sri Mulyani (Bisnis)

Solopos.com, JAKARTA—Pertemuan menteri keuangan dan bank sentral terbesar di dunia, yaitu The 4th Finance Ministers and Central Bank Governors Meeting atau FMCBG G20, di Washington D.C., Amerika Serikat harus berakhir tanpa kesepakatan bersama atau komunike. Hilangnya komunike itu akibat perang Rusia vs Ukraina.

Dilansir Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) dari Bloomberg, Senin (17/10/2022), pertemuan FMCBG keempat menjelang KTT G20 yang akan digelar di Bali, Indonesia mengalami berbagai masalah. Masalah itu termasuk sikap Rusia yang dinilai memperumit upaya untuk mengoordinasikan kebijakan untuk mengatasi meningkatnya risiko terhadap pertumbuhan global.

Advertisement

Pada pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank sentral G20 pada Kamis (14/10/2022), yang mewakili 80% dari ekonomi global dan termasuk AS, Cina, Rusia dan Arab Saudi, pembahasan tentang invasi Rusia ke Ukraina menjadi topik perselisihan. “Selama sesi G20, negara-negara termasuk Jerman mendorong bahasa yang lebih keras untuk mengutuk perang, tetapi pertemuan itu bubar tanpa kesepakatan,” kata sumber seperti dikutip Bloomberg.

Baca Juga Perang Korupsi dan Peluang Xi Jinping Jadi Presiden

Advertisement

Baca Juga Perang Korupsi dan Peluang Xi Jinping Jadi Presiden

Ketegangan juga muncul atas keputusan Arab Saudi baru-baru ini untuk memangkas produksi minyak bersama dengan mitra OPEC+. Isu lain yang alot diperdebatkan, antara lain kenaikan suku bunga Federal Reserve (The Fed) yang membuat dolar AS menguat, dan peran China dalam upaya mengatasi beban utang di pasar negara berkembang.

Perpecahan tersebut pada saat yang rapuh bagi ekonomi global. Dana Moneter Internasional (IMF), yang menjadi tuan rumah bagi G20 minggu ini di tengah jadwal pertemuan tahunan atau Annual Meetings 2022, menurunkan prospek pertumbuhan global pada tahun depan.

Advertisement

Baca Juga Xi Jinping Terpilih Lagi, Parlemen China Hapus Batas Masa Kepemimpinan

Dalam dunia kebijakan ekonomi global, kesepakatan semacam itu dituangkan dalam apa yang disebut komunike, yang mencerminkan konsensus para peserta. Bahkan di saat-saat normal atau bukan situasi krisis, menetapkan komunike menjadi rumit untuk pertemuan sebesar G20.

Pasalnya, forum ini yang memiliki diversifikasi negara kaya dan negara berkembang, serta kombinasi demokrasi dan otokrasi. Perpecahan juga muncul dalam diskusi IMF yang lebih luas. Nadia Calvino, yang memimpin Komite Moneter dan Keuangan Internasional IMF mengatakan bahwa Rusia juga memblokir konsensus tentang komunike komite itu sendiri.

Advertisement

Yang paling dekat G20 telah mencapai komunike konsensus sejak invasi Rusia pada bulan Februari adalah “chair’s summary” Ini telah dikeluarkan oleh Indonesia, yang memegang Presidensi G20 tahun ini.

Baca Juga Xi Jinping dan Putin Gelar KTT Bersama Pemimpin Asia

Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati mengakui bahwa kelompok tersebut menghadapi “banyak tantangan, perbedaan pandangan” dan “kesenjangan yang cukup besar” yang perlu dijembatani. “Terlepas dari fakta bahwa kami menghadapi berbagai tantangan, perbedaan pandangan, terutama sejak awal terdapat gap yang sangat besar sehingga kami harus menciptakan jembatan yang efektif dengan presidensi kami,” ujar Sri Mulyani pada Jumat (14/10/2022) dini hari waktu Jakarta.

Advertisement

Sri Mulyani menyebut bahwa tantangan dalam menjalin komunikasi terkait kebijakan makroekonomi dan keuangan negara-negara G20 sudah terlihat sejak pertemuan awal. Namun, sebagai presidensi, Indonesia tetap harus memainkan perannya dalam mendorong pembahasan kebijakan perekonomian di tengah krisis.

Sementara itu, Menteri Keuangan AS Janet Yellen, dalam sebuah pernyataan Kamis kepada IMFC, menyebut perang Rusia di Ukraina “ilegal” dan “tidak perlu,” dan menuntut segera diakhiri. Selain itu, baru-baru ini Yellen juga menyebut China sebagai hambatan terbesar untuk menangani masalah utang pasar negara berkembang.

Baca Juga Konjen China: Kunjungan Presiden Jokowi Jadi Pelopor

Terakhir, AS dan Arab Saudi juga terlibat dalam salah satu perselisihan publik terburuk. Tensi tinggi antara Presiden Joe Biden dan pemimpin Arab Saudi terjadi setelah Arab Saudi dan sekutunya melalui organisasi OPEC+, memutuskan untuk memangkas produksi minyak dunia.

 

Berita ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Pertemuan G20 Berakhir Tanpa Komunike, Gara-gara Perang Rusia vs Ukraina

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif