News
Kamis, 20 Mei 2021 - 23:30 WIB

Firma Hukum AS Kuak Kesamaan Kecelakaan Sriwijaya Air & Lion Air

Anitana Widya Puspa  /  Rahmat Wibisono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Prajurit Kopaska TNI AL meletakkan puing pesawat Sriwijaya Air SJ 182 di kapal saat evakuasi di perairan Kepulauan Seribu, Jakarta, Minggu (17/1/2021). (Antara-Muhammad Adimaja)

Solopos.com, JAKARTA — Firma hukum asal Amerika Serikat (AS), Hermann Law Group, menemukan adanya kesamaan penyebab antara kecelakaan yang menimpa Sriwijaya Air SJ-182 dengan Lion Air JT-610. Hermann Law Group mengungkap adanya indikasi yang mengarahkan kecurigaan adanya kelalaian Boeing sebagai pabrikan.

Pengacara utama kasus Hermann Law Group Mark Lindquist mengatakan sebagai produsen pesawat Boeing—termasuk milik Sriwijaya Air dan Lion Air yang mengalami kecelakaan—memiliki kewajiban berkelanjutan untuk memperingatkan dan menginstruksikan maskapai penerbangan tentang bahaya yang diketahui atau perlu diketahui oleh produsen terkait pesawat tersebut.

Advertisement

Menurutnya, hal ini menjadi masalah keamanan bagi seluruh dunia. Bahkan, ada lebih dari 1.000 pesawat 737 terbang di seluruh dunia dan Federal Aviation Administration (FAA) mengakui ada kondisi yang tidak aman terkait dengan komputer autothrottle tersebut.

Baca Juga: Ini Tips Rumah Rapi & Bersih Jelang Lebaran

Advertisement

Baca Juga: Ini Tips Rumah Rapi & Bersih Jelang Lebaran

Terlebih lagi, sambungnya, pesawat SJ-182 diparkir selama sembilan bulan selama pandemi. Pada 2020, FAA memperingatkan maskapai penerbangan dan produsen pesawat bahwa memarkir pesawat selama lebih dari tujuh hari dapat mengakibatkan korosi dan masalah lainnya yang berkaitan.

Sementara itu, pada kasus Boeing Max delapan program komputer MCAS menyebabkan adanya kecelakaan nahas yang menelan korban jiwa di Indonesia dan Ethiopia. "Walaupun Boeing 737-500 milik Sriwijaya Air tidak dilengkapi dengan MCAS. Ada kesamaan antara kecelakaan Lion Air dan SJ-182. Bagaimanapun Boeing dituduh tidak memberikan peringatan dan pemberitahuan yang memadai tentang bahya yang diketahui," ujarnya, Kamis (20/5/2021).

Advertisement

FAA menemukan bahwa kegagalan kabel syncho flap mungkin tidak terdeteksi oleh komputer autothrottle. Kecacatab ini dapat mengakibatkan hilangnya kendali atas pesawat.

Baca Juga: 4 Zodiak Ini Toxic & Tidak Menyenangkan

Sementara itu, Investigasi awal oleh Komite Nasional Keselamatan Transportasi Indonesia (KNKT) menunjukkan adanya dorongan asimetris dari mesin sebelum SJ-182 menukik fatal. Secara spesifik, throttle kiri berkurang sementara throttle kanan tidak.

Advertisement

Adapun, FAA menyatakan kecil kemungkinan kecelakaan itu terjadi karena akibat langsung dari kegagalan kabel syncho, itu terlalu dini untuk menarik kesimpulan yang pasti. Laporan awal KNKT menunjukkan bahwa gaya dorong asimetris membuat pesawat terguling dan menukik. Pesawat menukik lebih dari 3.000 meter dalam waktu kurang dari satu menit.

Dia juga menututkan dengan pengalaman bertahun-tahun mewakili ratusan korban, terdapat benang merah dalam sebagian besar kasus bencana udara. Namun berdasarkan pengalamannya sebelumnya ketika mewakili 50 keluarga korban di Indonesia dan Ethiopia dalam dua kecelakaan Boeing 737 Max 8 milik Sriwijaya Air Lion Air, hampir semua kasus tersebut telah berhasil diselesaikan dengan Boeing. Jumlahnya dirahasiakan, tetapi dapat dilaporkan bahwa kasus individu diselesaikan dalam jutaan dolar AS.

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif