News
Minggu, 7 Oktober 2012 - 18:12 WIB

FIlipina dan Pemberontak MILF Capai Kesepakatan Damai, Akhiri 40 Tahun Konflik Berdarah

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Presiden Filipina Benigno Aquino III saat berpidato di Istana Kepresidenan Malacanang di Manila, Minggu (7/10/2012) untuk mengumumkan tercapainya kesepakatan damai antara pemerintah dengan kelompok separatis MILF, yang bakal mengakhiri konflik berdarah selama 40 tahun. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Presiden Filipina Benigno Aquino III saat berpidato di Istana Kepresidenan Malacanang di Manila, Minggu (7/10/2012) untuk mengumumkan tercapainya kesepakatan damai antara pemerintah dengan kelompok separatis MILF, yang bakal mengakhiri konflik berdarah selama 40 tahun. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

MANILA – Pemerintah Filipina dan kelompok separatis etnis Moro, MILF, berhasil mencapai kesepakatan damai bersejarah yang bakal mengakhiri konflik berdarah yang sudah berlangsung selama 40 tahun dan menelan korban jiwa 120.000 orang. Kesepakatan itu akan mengawali skema untuk membentuk wailayah otonomi baru di kawasan selatan Filipina pada tahun 2016. Wilayah yang berpenduduk mayoritas muslim itu itu akan mendapat wewenang yang lebih besar dalam bidang politik dan pengelolaan sumber daya.
Advertisement

Perjanjian damai yang sudah diupayakan selama 15 tahun lewat perundingan yang diperantarai oleh Malaysia itu akan ditandatangani pada 15 Oktober mendatang di Ibukota Filipina, Manila, dan akan disaksikan oleh Presiden Filipina Benigno Aquino III dan Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak. “Kerangka perjanjian ini akan mengatasi semua prasangka dan akan menepis semua rasa saling curiga yang sudah menodai berbagai upaya serupa di masa lalu,” tegas Aquino dalam pernyataan resminya, Minggu (7/10/2012).

Wilayah otonomi baru yang luas dan batas-batasnya masih akan ditentukan lewat referendum sebelum Pemilu nasional tahun 2016 akan dinamai Bangsamoro, istilah yang selama ini dipakai untuk menyebut penduduk asli kawasan itu.

Akan tetapi kondisi wilayah selatan yang masih rawan kekerasan dan bentrokan berdarah berlatar belakang politik itu dikhawatirkan bakal membuat pelaksanaan perjanjian itu tak berlangsung mulus. Masih ada pula ancaman dari kelompok-kelompok separatis radikal yang bisa jadi akan memisahkan diri dari organisasi utama MILF. Banyak kelompok radikal di wilayah ini yang diyakini berkolaborasi atau terkait langsung dengan jaringan Al Qaeda.

Advertisement

Kekhawatoran ini beralasan karena segera setelah pemerintah Filipina secara resmi mengumumkan tercapainya perjanjian damai itu hari ini, sebuah kelompok radikal sudah menyatakan akan terus berjuang muntuk mendirikan negara muslim merdeka di wilayah selatan. “Kami tak peduli jika pemerintah dan MILF mencapai kesepakatan. Kami tak butuh wilayah Bangsamoro atau apa pun istilah mereka,” tegas Abu Misry Mama, juru bicara Bangsamoro Islamic Freedom Movement, di Kota Davao, Filipina selatan.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif