News
Minggu, 10 Juli 2022 - 19:14 WIB

Fenomena Es di Dieng & Daerah Pegunungan Terkait Kemarau? Ini Kata BMKG

Newswire  /  Sri Sumi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Embun es di dataran tinggi Dieng. (ANTARA/Eka Romadhoni)

Solopos.com, JAKARTA — Fenomena es atau embun es di kawasan Dieng, Jawa Tengah beberapa hari yang lalu disebut-sebut berkaitan dengan musim kemarau.

Pernyataan itu disampaikan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) saat dikonfirmasi perihal fenomena embun es di kawasan Dieng beberapa waktu yang lalu.

Advertisement

Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim BMKG, Dodo Gunawan, saat dikonfirmasi di Jakarta, Minggu (10/7/2022), mengatakan fenomena es di Dieng saat musim kemarau sangat mungkin terjadi.

Terlebih, kata Dodo, lokasi Dieng berada di dataran yang cukup tinggi. Suhu udara di lokasi tersebut cukup dingin dan tingkat tutupan awan sudah jarang saat masuk musim kemarau.

Advertisement

Terlebih, kata Dodo, lokasi Dieng berada di dataran yang cukup tinggi. Suhu udara di lokasi tersebut cukup dingin dan tingkat tutupan awan sudah jarang saat masuk musim kemarau.

“Sehingga di malam hari yang tidak tertutup awan, suhu udara akan sangat dingin sekali karena radiasi balik dari bumi dengan leluasa menuju angkasa tanpa ada pantulan dari awan. Sehingga bumi akan menjadi dingin sekali dan seluruh lapisan yang mengandung uap air itu karena suhu minus biasanya disertai frost atau embun yang membeku,” jelas Dodo.

Baca Juga : Brrr! Embun Upas Mulai Muncul di Dieng, Tanda-Tanda Musim Kemarau

Advertisement

“Suhu bumi karena tidak ada radiasi tentunya pada malam hari tidak ada matahari. Justru energi bumi yang memancar meradiasikan kembali tanpa ada pemantulan dari awan khususnya. Sehingga, dia menjadi minus, menjadi dingin. Bahkan, bisa sampai minus,” ujar Dodo.

Adanya fenomena embun es ini tidak hanya terjadi di Dieng. Dia menyebut wilayah lainnya yang berada di pegunungan juga memungkinkan terjadi embun es.

Embun beku tersebut, lanjutnya, berdampak pada warga yang memiliki usaha tani, yakni menyebabkan gagal panen. Dodo mengimbau petani di kawasan pegunungan mengatur musim tanam dan memperhatikan cuaca agar segera panen sebelum embun es merusak tanaman.

Advertisement

Dia menjelaskan 35 persen dari zona musim di seluruh wilayah Indonesia telah memasuki musim kemarau. Sebagian besar di wilayah timur Indonesia telah memasuki kemarau.

Baca Juga : Dataran Dieng Membeku Lagi, Ini Penjelasan BMKG

Sementara itu, tuturnya, beberapa wilayah di Sumatera dan Jawa masih ada wilayah yang belum memasuki kemarau. Hal itu disebabkan fenomena La Nina sehingga masih ada curah hujan.

Advertisement

Kondisi La Nina akan menuju normal diperkirakan pada Agustus dan menuju netral pada Oktober, November, dan Desember.

“Jadi tidak hanya BMKG yang membuat prakiraan terkait La Nina ini tapi beberapa badan meteorologi dunia membuat prakiraan La Nina. Sebagian besar mengindikasikan saat ini kondisinya lemah akan menuju pada fungsi netral.”

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif