News
Kamis, 18 Agustus 2016 - 11:53 WIB

ES KOPI BERUJUNG MAUT : Psikiater Forensik Sebut Keterangan Jessica Tak Konsisten dengan Data, Bohong?

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Jessica Wongso di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (20/1/2016). Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum memeriksa Jessica terkait kematian Wayan Mirna Salihin yang meninggal dunia karena sianida dalam es kopi Vietnam yang diminumnya di Olivier Cafe Grand Indonesia. (JIBI/Solopos/Antara/dok)

Es kopi berujung maut kembali disidangkan. Psikiater forensik menyebut keterangan Jessica tak konsisten dengan data-data yang ditemukan.

Solopos.com, JAKARTA — Hasil pemeriksaan psikiatri terhadap Jessica Kumala Wongso menunjukkan ada perilaku agresif yang bisa muncul saat dia sedang dalam tekanan. Jessica juga menunjukkan keterangan yang tidak konsisten dengan data-data dirinya saat berada di Australia.

Advertisement

Salah satunya, Jessica mengelak bahwa dirinya pernah masuk rumah sakit saat dia berada di New South Wales, Australia. Catatan-catatan dari penyidik dan tim psikiater forensik yang didapatkan dengan bantuan Australian Federal Police (AFP) menunjukkan Jessica pernah dilaporkan pacarnya karena merasa terganggu.

“Ada pacar melaporkan dirinya [Jessica] ada agresif violent order, karena emosinya tidak stabil. Hal itu membuat [pacarnya] enggak nyaman sehingga lapor ke polisi agar tidak diganggu,” kata saksi ahli psikiater forensik RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Natalia Widiasih, dalam kesaksiannya di PN Jakarta Pusat, Kamis (18/8/2016).

Tim psikiater forensik RSCM juga mendatangi langsung tempat-tempat yang pernah terkait dengan Jessica. Mereka mewawancarai sejumlah teman Jessica saat bekerja di Sydney.

Advertisement

Hasilnya, tim mendapatkan data bahwa Jessica baik-baik saja selama kurun waktu 2007-2008. Menurut Natalia, masalah baru muncul di bulan-bulan akhir 2015, yaitu September-Desember. Saat itu, dia sedang mengalami banyak masalah yang membuat dia tidak nyaman.

“Kami datang dengan fasilitas AFP untuk mewawancara rekan kerja, ada yang membuat Jessica nyaman seperti Selly [teman kerjanya di Sydney]. Kalau dia dekat dengan mereka [teman-teman dekat], kondisi emosinya sangat stabil. Namun pada Patrick, pacarnya, saat hubungan tidak baik, ada ekskalasi peningkatan emosi,” jelas Natalia.

Rekan-rekannya menilai Jessica sebagai anak yang baik, ramah, namun agak tertutup. Mereka pun kaget setelah Jessica masuk RS dan ada kemarahan yang muncul di akhir-akhir. “Mereka bilang ini ada hubungannya dengan putus dari pacarnya.”

Advertisement

Data inilah yang tidak sinkron dengan keterangan Jessica. Dia mengaku tidak pernah masuk RS dan cukup tangguh mempertahankan pengakuannya. Namun saat ditanya apakah itu berarti Jessica berbohong, Natalia enggan menyimpulkan.

“Kami tak bisa menyebut ini kebohongan atau tidak, tapi ada inkonsistensi data dengan pengakuan. Entah [hal ini karena] dia lupa atau enggak nyaman membicarakan.”

Natalia mencontohkan Jessica pernah mengatakan dia pernah menggoyangkan tubuh Wayan Mirna Salihin untuk membantu Hanie. “Namun kita lihat, pada tanggal 3 [Februari] kita periksa CCTV, tidak ada hal itu.”

Saksi ahli mencatat ada lima inkonsistensi dalam keterangannya terhadap tim psikiater forensik. “Kami tidak lihat statistik, tapi kita lihat ada beberapa, ada lima inkonsistensi,” kata Natalia. “Tapi dia bilang, ‘ya saya yakin ada Mbak’,” tambahnya menirukan ucapan Jessica.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif