News
Rabu, 2 Oktober 2013 - 11:57 WIB

EKONOMI MAKRO : Tekanan Inflasi Tetap Diwaspadai

Redaksi Solopos.com  /  Tutut Indrawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Aktivitas Perdagangan di Pasar Gede Solo (Dok/JIBI/Solopos)


Aktivitas Perdagangan di Pasar Gede Solo (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO — Kendati terjadi momentum deflasi sebesar 1,35% di bulan September, tetapi Kota Solo diperkirakan sulit menekan laju inflasi 2013 karena di tiga bulan terakhir tahun ini masih ada beberapa kendala yang diperkirakan masih memberikan tekanan terhadap inflasi.

Advertisement

“Oktober ini ada momen Idul Adha dan biasanya setelah Idul Adha banyak orang punya hajat. Telur dan daging ayam dipastikan akan memberikan tekanan terhadap inflasi, tergantung suplainya seperti apa?” kata Kepala Badan Pusat Statistik Solo, R Bagus Rahmat S, saat ditemui Solopos.com, di ruang kerjanya, Rabu (2/10).

Kemudian, di bulan November berdasar historis tahun sebelumnya selalu terjadi inflasi meski tidak besar. Dan di Desember, dipastikan momen Natal dan tahun baru juga akan mengerek inflasi.

Bagus melanjutkan dengan deflasi sebesar 1,35% maka per September kemarin inflasi tahun kalender Solo sedikit bisa diredam ke angka 7,20% dan inflasi dari tahun ke tahun 8,08%. “Untuk inflasi tahun kalender tentunya lebih tinggi dari periode sama tahun lalu yang hanya 2,03% dan periode sama 2011 yang hanya 0,78%. Untuk inflasi yoy sebesar 8,08% juga tentunya lebih tinggi dari periode sama tahun sebelumnya 3,19%.”

Advertisement

Sementara itu, mengenai momen deflasi di bulan September, Bagus menyebutkan, dari 338 komoditas yang disurvei BPS sebanyak 40 komoditas mengalami penurunan harga. Sejumlah 98 komoditas masih menunjukkan tren kenaikan dan cukup menghambat deflasi. Beberapa komoditas yang menyumbang deflasi utamanya adalah kelompok bahan makanan yang rata-rata turun 5,33% dan menyumbang deflasi hingga 1,52%.

Komoditi lainnya adalah bawang merah terjadi penurunan harga -48,08%, telur ayam ras turun 8,86%, angkutan antarkota turun 7,84 %, daging sapi turun 4,82%. Sedangkan yang menghambat deflasi antara lain minyak goreng naik 9,7%, tempe naik 7,54%, beras 0,655%, emas perhiasan naik 8,33%, serta rokok kretek dan sabun mandi. “Deflasi bulan ini merupakan deflasi terbesar selama sepuluh tahun terakhir. Biasanya kalau deflasi tidak sebesar ini.”

Bahkan deflasi Solo ini jauh lebih besar dari deflasi nasional 0,35 persen. Dibandingkan kota lain di Jateng Solo juga paling besar. Purwokerto deflasi 0,71%, Semarang deflasi 0,61%, Tegal deflasi 0,15% dan Jogja -0,24 persen. “Tingginya deflasi Solo membuat posisi inflasi yoy kita turun dari posisi Agustus 8,93% menjadi 8,08%.”

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif