News
Senin, 22 Mei 2017 - 21:30 WIB

Ekonomi Lagi Bagus, Luhut Minta Semua "Jaga Mulut"

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Luhut Binsar Pandjaitan (JIBI/Harian Jogja/Dok.)

Di tengah kondisi ekonomi Indonesia yang bagus dengan label “layak investasi”, Luhut Pandjaitan meminta semua pihak untuk “jaga mulut”.

Solopos.com, BOGOR — Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan meminta masyarakat untuk menahan diri dan tidak membuat situasi panas. Tujuannya, agar aktivitas ekonomi bisa berjalan dengan lancar.

Advertisement

Tanpa menyebutkan secara spesifik siapa yang dimaksud membuat pamas, Luhut mengemukakan perekonomian Indonesia masuk dalam momentum yang sangat positif. Dia mencontohkan untuk kali pertama dalam sejarah, pemerintah baru saja mendapatkan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dari Badan Pemeriksa Keuangan.

Berikutnya, obligasi negara juga pertama kalinya meraih peringkat layak investasi dari Standard & Poor’s (S&P) sekaligus melengkapi predikat investment grade yang sebelumnya telah disematkan oleh Moody’s dan Fitch. Selain itu, Luhut menilai inflasi Indonesia juga tergolong sangat rendah.

“Semua nahan diri lah kalau ngomong. Kalau ngomong pakai data, jangan asal ngoceh aja. Jadi apa lagi yang ngomong itu mulutnya dijaga lah. Semuanya sedang bagus, kok masih ribut?” ujar Luhut usai rapat terbatas di Istana Bogor, Senin (22/5/2017).

Advertisement

Lembaga pemeringkat S&P menempatkan Indonesia pada “investment grade” dengan menaikkan peringkat Indonesia pada level BBB-/stable outlook pada 19 Mei 2017. S&P sebelumnya mengafirmasi rating Indonesia pada level BB+/Outlook Positive pada 1 Juni 2016.

Dalam siaran persnya, S&P menyebutkan keputusan tersebut didasari oleh berkurangnya risiko fiskal seiring kebijakan anggaran Pemerintah yang lebih realistis. Hal itu membatasi kemungkinan pemburukan defisit ke depan secara signifikan.

Langkah ini juga dapat mengurangi risiko peningkatan rasio utang Pemerintah terhadap PDB dan beban pembayaran bunga. Di sisi lain, S&P juga memproyeksikan perbaikan penerimaan negara sebagai dampak lanjutan dari perolehan data program tax amnesty serta pengelolaan pengeluaran fiskal yang lebih terkendali.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif