News
Jumat, 10 Juli 2015 - 06:30 WIB

EKONOMI INDONESIA : Mau Tambah Utang Baru, Pemerintah Enggan Disamakan Yunani

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sejumlah menteri Kabinet Kerja berjalan menuju ruangan rapat kerja ekspor impor, Rabu (15/4/2015), (Dwi Prasetya/JIBI/Bisnis)

Ekonomi Indonesia masih dibayangi tingginya utang meskipun diklaim untuk sektor produktif.

Solopos.com, JAKARTA — Pemerintah mengklaim tingginya tingkat utang Indonesia digunakan untuk pembiayaan infrastruktur yang produktif sehingga tak akan menyebabkan krisis seperti Yunani.

Advertisement

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Sofyan Djalil, mengatakan publik tak dapat membandingkan kondisi utang Indonesia dan Yunani. Pasalnya, pemerintah Yunani menggunakan dana utang untuk kebutuhan konsumtif. Sedangkan pemerintah Indonesia memanfaatkan pembiayaan untuk sektor produktif, seperti pembangunan infrastruktur.

“Jangan dibandingkan Yunani dan Indonesia. Indonesia harus dibandingkan dengan negara-negara yang jauh lebih baik pengelolaan manajemen ekonominya,” ujarnya di Kantor Wakil Presiden, Kamis (9/7/2015).

Berdasarkan statistik, dia menyebutkan, tingkat utang Yunani terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 200%, sedangkan utang Indonesia hanya 26% terhadap PDB. Intinya, pengelolaan anggaran negara harus dilakukan melalui prinsip rumah tangga yang baik agar tidak besar pasak daripada tiang.

Advertisement

Sebelumnya, Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) meminta pemerintah segera menghentikan rencana penambahan utang baru di tengah pelemahan ekonomi dunia setelah gagal bayar yang dialami Yunani. Anggota Komisi Keuangan DPR Willgo Zainar menilai pinjaman dalam valas semakin menambah utang luar negeri dan beban rupiah yang sedang terpuruk.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif