News
Jumat, 7 April 2023 - 20:12 WIB

Dua Bulan Belum Bebas, KKB Papua Penyandera Pilot Susi Air Siap Nego Ulang

Newswire  /  Mariyana Ricky P.D  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Foto yang diklaim sebagai pilot Susi Air, Philips Marthen, beredar luas di media sosial. Menurut Pangdam Cenderawasih foto tersebut pernah beredar pada Februari 2022 silam. (Istimewa)

Solopos.com, NDUGA — Kelompok pemberontak separatis di Papua siap negoisasi ulang untuk membebaskan pilot Susi Air asal Selandia Baru yang telah disandera sejak dua bulan terakhir.

Mereka siap membatalkan tuntutan agar Jakarta mengakui kemerdekaan wilayah itu sebelum mereka mempertimbangkan untuk membebaskannya, kata seorang juru bicara kelompok pemberontak itu, Kamis (6/4/2023), dikutip dari VOA Indonesia.

Advertisement

Pilot Susi Air Phillip Mehrtens diculik Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) di kawasan dataran tinggi Nduga dua bulan lalu usai melakukan penerbangan rutin ke kawasan tersebut.

TPNPB mengatakan pada saat itu pilot hanya akan dibebaskan bila pemerintah Indonesia mengakui kemerdekaan Papua, dan menarik seluruh pasukannya dari wilayah itu.

Advertisement

TPNPB mengatakan pada saat itu pilot hanya akan dibebaskan bila pemerintah Indonesia mengakui kemerdekaan Papua, dan menarik seluruh pasukannya dari wilayah itu.

Namun dalam SMS kepada Reuters pada Kamis, juru bicara TPNPB Sebby Sambom mengatakan kelompok itu telah membatalkan tuntutan kemerdekaan dan malah mendorong dialog.

“Pilot Selandia Baru ini bukan musuh kami, jadi kami akan mencari solusi untuk membebaskannya,” kata Sambom.

Advertisement

“Kami akan melakukan negosiasi damai,” katanya.

Pilot Philip Mark Mahrtens disandera sejak 7 Februari lalu sesaat setelah mendaratkan pesawatnya di lapangan terbang Paro, Kabupaten Nduga, Provinsi Papua Pegunungan.

Egianus Kogoya dan kelompoknya mengklaim sebagai pelaku pembakaran pesawat milik Susi Air dan menyandera pilotnya. Polda Papua menyatakan Egianus Kogoya masuk dalam daftar pencarian orang (DPO) karena aksi kekerasan yang dilakukannya.

Advertisement

Pemerintah memang memprioritaskan negosiasi dengan tokoh-tokoh agama dan masyarakat untuk memastikan pembebasan Mehrtens. Mereka menyadari betapa berbahayanya melakukan operasi militer di daerah dataran tinggi yang terjal itu.

“Kami akan menggunakan senjata kami hanya jika ada ancaman terhadap nyawa pasukan kami,” kata Donny Charles Go, juru bicara satuan tugas militer yang dibentuk untuk menyelamatkan pilot itu, kepada Reuters.

Ditanya tentang perubahan sikap kelompok pemberontak tersebut, seorang pejabat Indonesia mengatakan bahwa situasinya tetap rentan.

Advertisement

“Untuk mengutamakan keselamatan dan keamanan sandera, pemerintah akan membatasi komentar publik,” kata Jaleswari Pramodawardhani, Deputi V Kantor Staf Presiden.

 

Sumber: VOA Indonesia, Antara

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif