News
Jumat, 5 Agustus 2011 - 15:01 WIB

Dipengaruhi sentimen negatif, IHSG siang hari merosot

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jakarta (Solopos.com) – Indeks Harga saham gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI), Jumat (5/8/2011) siang merosot tajam hingga di bawah angka 4.000 poin, karena aksi lepas saham oleh pelaku pasar yang cukup deras, akibat kekhawatiran mereka mengenai kondisi ekonomi AS.

Indeks BEI turun 212,081 poin atau 5,14 persen menjadi 3.910,005 dan indeks LQ-45 berkurang 40,003 poin atau 5,48 persen ke posisi 690,101 poin. Analis PT Bali Securities, Ketut Tri Bayuna mengatakan, pelaku pasar aktif melepas saham-sahamnya terutama saham sektor otomotif, industri rokok dan perbankan. Ketiga emiten saham itu merupakan faktor yang menekan indeks BEI merosot tajam hingga berada di bawah angka 4.000, katanya.

Advertisement

Menurut dia, saham industri perbankan yang paling menekan indeks adalah saham Bank Mandiri yang terjual sebanyak 43,10 juta unit dengan nilai Rp 313,16 miliar pada kurs akhir Rp 7.150 atau turun Rp 550 per saham. Kemudian saham industri otomotif, Astra Internasional Tbk merosot Rp2.800 menjadi Rp67.600 dengan transaksi sebanyak 4,10 juta unit senilai Rp 272,37 miliar dan saham Gudang Garam melemah Rp 2.600 menjadi Rp 50.100 dan saham HM Sampoerna berkurang Rp 1.000 menjadi Rp 31.550.

“Kami optimistis indeks BEI masih akan terkoreksi pada Jumat sore, karena aksi lepas cenderung makin meningkat,” ucapnya. Memburuknya bursa global, lanjut dia, memberikan dampak negatif terhadap pasar regional yang berimbas ke pasar modal Indonesia, namun kondisi ini diperkirakan tidak akan berlangsung lama. Hal itu dikarenakan pelaku pasar asing akan kembali masuk ke pasar domestik melakukan aksi beli, mengingat prospek pasar Indonesia masih menjanjikan.

Sementara itu analis PT Eko Capital, Cece Ridwan mengatakan, para pelaku pasar Jumat sore menunggu keluar data ekonomi AS lainnya apabila data itu positif maka aksi jual di pasar saham akan berkurang. Namun apabila data ekonomi itu negatif maka pasar akan lebih buruk lagi, ucapnya.

Advertisement

JIBI/SOLOPOS/Ant

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif