News
Minggu, 5 Februari 2023 - 16:15 WIB

Diabetes Anak di Indonesia, Gejalanya Tiba-tiba Ngompol dan Berat Badan Turun

Rudi Hartono  /  Arlina Laras  /  Rudi Hartono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - ilustrasi diabetes (istimewa)

Solopos.com, JAKARTA–Para orang tua harus memahami bahwa anak di Indonesia juga rentan terkena diabetes atau lebih dikenal dengan penyakit gula. Oleh karena itu orang tua perlu mengenal gejala anak menderita diabetes.

Diabetes melitus adalah penyakit autoimun kronis yang disebabkan oleh gangguan pengaturan gula darah. Pada umumnya diabetes mellitus (DM) dibedakan menjadi dua tipe, yaitu DM tipe 1 dan DM tipe 2.

Advertisement

DM tipe 1 disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi cukup insulin, sementara DM tipe 2 disebabkan oleh gangguan kerja insulin yang juga dapat disertai kerusakan pada sel pankreas.

Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muhammad Faizi saat acara Media Briefing Diabetes pada Anak pada Rabu (1/2/2023) lalu menyampaikan gejala awal diabetes pada anak biasa disebut dengan 3P, yakni polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing).

Advertisement

Ketua Unit Kerja Koordinasi Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Muhammad Faizi saat acara Media Briefing Diabetes pada Anak pada Rabu (1/2/2023) lalu menyampaikan gejala awal diabetes pada anak biasa disebut dengan 3P, yakni polifagi (banyak makan), polidipsi (banyak minum), dan poliuri (banyak kencing).

Penurunan berat badan yang tidak disengaja juga bisa menjadi tanda peringatan diabetes. Penurunan berat badan tanpa usaha sering terlihat pada pasien diabetes tipe 1, tetapi juga dapat memengaruhi orang dengan diabetes tipe 2.

Selain itu, banyak anak di Indonesia yang diabetes merasa lelah, lesu, atau lelah pada saat tertentu. Perasaan ini sering dikaitkan dengan kadar gula darah yang terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Advertisement

Dia menginformasikan kasus diabetes pada anak di Indonesia meningkat. Hingga awal 2023, jumlah kasusnya meningkat lebih kurang 70 kali lipat dibanding 2010.

Karena itu, diabetes melitus menjadi salah satu penyakit yang menghantui generasi anak muda di Indonesia. Bahkan, diabetes ini dominan menyerang anak-anak usia sekolah di bawah 14 tahun. Memang frekuensi penyakit ini terus meningkat di seluruh dunia.

Muhammad Faizi mengatakan per 2023 total sebanyak 1.645 anak di Indonesia menderita diabetes. Menurut laporan yang diterima IDAI, hingga Selasa (31/1/2023), ada 1.645 pasien anak penderita diabetes.

Advertisement

Berdasarkan usia, jumlah kasus diabetes pada anak di Indonesia paling tinggi ditemukan pada anak usia 10-14 tahun yakni mencapai 46,23%. Diabetes pada anak usia 5-9 tahun sebanyak 31,05%, anak usia 0-4 tahun sebanyak 19%, dan anak usia lebih dari 14 tahun 3%.

Berdasarkan jenis kelamin, sebaran kasus diabetes pada anak lebih banyak didominasi oleh perempuan dengan persentase 59,3%, sedangkan diabates pada anak laki-laki 40,7%.

“Pada 2023, angkanya meningkat 70 kali lipat dibandingkan pada 2010 yang 0,028 per 100.000 dan 0,004 per 100.000 jiwa pada 2000. Pada 2023, prevalensi kasus diabates pada anak di Indonesia dua per 100.000 jiwa,” ucap Muhammad Faizi.

Advertisement

Dia melanjutkan anak Indonesia penderita diabates tersebar di 13 kota meliputi Medan, Padang, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Jogja, Solo, Surabaya, Malang, Denpasar, Makassar, dan Manado.

“Di kota-kota besar umumnya ditemukan penyintas diabetes anak, mulai dari Jakarta, Medan, Padang, Palembang, Bandung, Semarang, hingga Surabaya,” lanjut dia.

Menurut Faizi, tren penderita diabetes di kalangan anak muda di perkotaan lebih tinggi. Hal ini disebabkan anak-anak di perkotaan banyak yang lebih gemuk.

Pemahaman orang tua bahwa anak gemuk menandakan sehat sebenarnya tidaklah lagi berlaku. Anak yang gemuk diakibatkan keseringan mengonsumsi junk food dan kurang gerak menyebabkan diabetes tipe 2 lebih dini.

“Perlu diketahui ya, tidak ada kata sembuh pada penderita diabetes, tapi bisa hidup. Jika harus dikelola dengan baik, maka harapan usianya akan sama dengan orang yang tidak diabetes. Untuk anak, para orang tua harus mengatur pola makan. Cukupi protein hewani dan sayur-sayuran,” ungkapnya.

Orang tua perlu mewaspadai kondisi ini agar anak di Indonesia terhindari dari diabetes.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul Waspada! Diabetes Melitus Intai Anak Usia Sekolah, Kenali Gejalanya

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif