News
Sabtu, 17 Juni 2017 - 19:30 WIB

Di Masjid Liberal Jerman LGBT Boleh Masuk, Pemakai Burka Justru Dilarang

Redaksi Solopos.com  /  Jafar Sodiq Assegaf  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seyran Ates saat meresmikan Masjid Ibn Rusyd-Goethe (Timesofisrael.com)

Di masji itu semua orang termasuk kalangan LGBT diterima dengan tangan terbuka.

Solopos.com, BERLIN – Masjid Ibn Rusyd-Goethe, di Berlin, Jerman, diresmikan, Jumat (16/6/2017). Bukan hanya memakai imam salat wanita, masjid itu juga tidak membatasi saf jemaah pria dan wanita saat salat.

Advertisement

Dilansir Independent, Jumat (16/6/2017), ide pembangunan masjid tersebut dipelopori oleh Seyran Ates, seorang aktivis dan pengacara wanita ternama asal Turki di Jerman. Ia telah berjuang selama delapan tahun untuk mendirikan tempat ibadah tersebut.

“Saya sangat senang, karena ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Ada begitu banyak teror mengatasnamakan Islam. Saya rasa sangat penting bagi kita kaum muslim yang hidup di zaman modern untuk menunjukkan wajah kita di depan umum,” ujar Atas.

Nama masjid itu diambil dari filsuf Andalusia (Spanyol) pada abad pertangehan, Ibnu Rushyd, dan penulis Jerman, Johann Wolfang Goethe. Masjid itu terletak di lingkungan imigran Moabit, dekat dengan restoran India dan kafe Timur Tengah. Di masjid itu, semua orang termasuk kalangan lesbian, gay, biseksual, dan trangender (LGBT), diterima dengan tangan terbuka.

Advertisement

“Meski terbuka bagi semua kalangan, kami tidak akan membiarkan orang bercadar masuk. Larangan ini dibuat untuk alasan keamanan. Sebab, menurut keyakinan kami, cadar tidak ada hubungannya dengan agama, melainkan sebuah pernyataan politik,” sambung Ates.

Saat ini, masjid tersebut menempati sebuah ruangan besar di lantai tiga gereja Kristen tua, St. Johannis. Demi kenyamanan jemaah, pihakpengurus masjid telah menyewa tempat tersebut selama satu tahun/

“Kami sering mendapat laporan banyak umat muslim yang ketakutan dengan adanya teror belakangan ini. Oleh sebab itu, kami berharap masjid ini tak hanya berfungsi sebagai tempat ibadah tapi juga untuk diskusi. Demi kenyamanan jemaah, kami telah menyewa bangunan ini selama satu tahun penus,” ungkap Ates.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif