News
Rabu, 16 Februari 2022 - 16:00 WIB

Cerita Pilu Ibu Korban Ritual Maut di Pantai Payangan Jember

Newswire  /  Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Pantai Payangan. (Facebook Pantai Payangan)

Solopos.com, JEMBER — Tragedi ritual berujung maut di Pantai Payangan, Kabupaten Jember, Jawa Timur, patut menjadi perhatian. Menurut para korban, ritual tersebut bukan kali pertama dilakukan oleh anggota padepokan Tunggal Jati Nusantar.

Ibu salah satu korban, Dewi Solehah, menceritakan bahwa anaknya, Sofiana Nazila, 22, sudah empat tahun bergabung dengan padepokan tersebut. Menurutnya sang putri sudah sering mengikuti ritual seperti akhir pekan lalu.

Advertisement

“Anak saya ikut pedepokan itu untuk mencari ketenangan dan hidup lebih baik. Alhamdulillah setelah ikut kegiatan Pak Nur Hasan, anak saya yang awalnya selalu membantah, kini sudah menurut dan perilakunya baik,” katanya sebagaimana dikutip dari Antara, Rabu (16/2/2022).

Baca juga: Berujung Maut, Apa Tujuan Ritual di Pantai Payangan Jember?

Advertisement

Baca juga: Berujung Maut, Apa Tujuan Ritual di Pantai Payangan Jember?

Sofiana merupakan salah satu korban yang ditemukan meninggal dunia karena terseret ombak laut selatan saat mengikuti ritual Padepokan Tunggal Jati Nusantara di Pantai Payangan Jember.

Dewi menambahkan, anaknya sering melantunkan selawat saat mengikuti kegiatan di pedepokan itu, namun untuk bacaan dan doa lainnya mengaku tidak tahu apakah bertentangan dengan ajaran agama Islam atau tidak.

Advertisement

Baca juga: Ini Kata MUI Soal Tragedi Ritual di Pantai Payangan Jember

Penyelidikan

Kapolres Jember AKBP Hery Purnomo mengatakan belasan saksi sudah dimintai keterangan dalam kasus ritual yang menewaskan 11 orang tersebut. Hingga saat ini, tahapan masih penyelidikan dan belum ditingkatkan statusnya ke penyidikan.

Mereka yang diperiksa merupakan 13 korban yang selamat, warga yang mengetahui kejadian saat kegiatan ritual, dan petugas yang menyelamatkan korban saat peristiwa itu.

Advertisement

Terkait apakah ada unsur pidana Pasal 359 KUHP tentang kelalaian yang menyebabkan hilangnya nyawa orang, penyidik Polres Jember masih melakukan klarifikasi terhadap saksi-saksi dan akan ditentukan dalam proses gelar perkara.

Baca juga: Waspada Rip Current, Ombak Penarik Manusia

Saat ini, lanjut dia, masih tahap penyelidikan dan apabila nanti terpenuhi unsur pidana, maka statusnya akan ditingkatkan menjadi penyidikan kasus ritual di Pantai Payangan Jember.

Advertisement

Ketua Padepokan Tunggal Jati Nusantara Nur Hasan yang baru keluar dari Rumah Sakit Daerah (RSD) dr Soebandi Jember pada Selasa siang langsung dijemput aparat kepolisian untuk dimintai keterangan di Mapolres Jember.

Hery mengatakan Padepokan Tunggal Jati Nusantara yang dipimpin Nur Hasan di Desa Dukuhmencek, Kecamatan Sukorambi, Kabupaten Jember eksis sejak 2015 dan memiliki 100 anggota. Akan tetapi, mereka yang aktif mengikuti pengajian dan kegiatan sekitar 20-25 orang.

Pedepokan itu bergerak di bidang pengobatan alternatif. Namun, masyarakat yang datang bergabung ke pedepokan itu dengan tujuan bermacam-macam, di antaranya masalah ekonomi agar bisa kaya, keluarga, kesehatan baik fisik maupun batin yang intinya mencari keselamatan dan keberkahan dengan melakukan kegiatan zikir, doa, dan ritual.

Baca juga: Beda Karakter Bikin Ombak Pantai Utara Lebih Tenang dari Pantai Selatan

Analisa BMKG

Sementara itu menurut kajian BMKG, gelombang laut saat ritual di Pantai Payangan terjadi pada Minggu (13/2/2022) cukup tinggi. Kala itu gelombang mencapai ketinggian 2,5 meter dengan kecepatan angin 5-15 knot atau sekitar 9-27 km.

“Pada saat kejadian, pantauan kami untuk informasi tinggi gelombang di wilayah tersebut mencapai 2,5 meter dengan kecepatan angin berkisar 5 – 15 knot,” kata Kepala Pusat Meteorologi Maritim BMKG, Eko Prasetyo yang dihubungi di Jakarta, Selasa (15/2/2022).

Eko menjelaskan saat ritual berlangsung, angin tidak begitu kencang. Akan tetapi karena dilakukan saat dini hari, maka pandangan mata berkurang, sehingga kurang sensitif melihat kondisi sekitar.

Patut diwaspadai kondisi Pantai Selatan Jawa memiliki karakteristik garis pantai yang curam. Artinya, pantai hanya beberapa meter kemudian langsung curam ke dalam.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif