News
Minggu, 17 Juli 2022 - 23:35 WIB

Cerita Hasto: Visi Bung Karno Jadikan Kalimantan Pusat Pertahanan Udara

Newswire  /  Sri Sumi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Sekretaris Jenderal DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto bersama peserta program KKN Kebangsaan 2022. (ANTARA/HO-PDI Perjuangan)

Solopos.com, JAKARTA — Presiden Indonesia pertama, Ir. Soekarno, pernah memiliki visi mengembangkan Pulau Kalimantan, bahkan berencana menjadikan Pulau Borneo itu sebagai lokasi pertahanan udara.

Sekretaris Jenderal (Sekjen) DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, mengatakan hal tersebut. Dia menjelaskan bahwa Indonesia di masa kepemimpinan Presiden pertama Soekarno atau Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Pulau Kalimantan.

Advertisement

“Indonesia di zaman Bung Karno pernah memiliki visi mengembangkan Kalimantan dengan tujuan agar Indonesia menjadi negara terkuat di dunia,” kata Hasto dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (17/7/2022).

Menurut dia, selain merebut Irian Barat dari kolonialisme Belanda, Bung Karno juga hendak menjadikan Kalimantan sebagai pusat perhatian. “Kalimantan jadi pusat perhatian Bung Karno agar Indonesia menjadi negara terkuat di Asia. Selama satu tahun penuh, Bung Karno mempelajari Kalimantan,” tambahnya.

Dalam analisis Bung Karno, lanjutnya, pertahanan nasional Indonesia dibagi menjadi dua kekuatan dalam dua garis besar, yaitu pertahanan laut di Indonesia Timur, dengan Biak menjadi pusat armada. Kedua, pertahanan udara di Kalimantan.

Advertisement

Baca Juga : Sejarah Hari Ini: 6 Juni 1901, Lahirnya Presiden Soekarno

Hasto menyampaikan Bung Karno melihat potensi besar di Kalimantan sehingga berpikir menempatkan kekuatan pertahanan udara Indonesia di Kalimantan. Oleh karena itu Kalimantan dipandang sebagai kawasan yang penting dan strategis.

“Di Kalimantan inilah Kota Palangkaraya dirancang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia [saat itu]. Desain jalan dibuat lurus-lurus dan menuju pada satu bundaran besar, mirip Washington D.C., Amerika Serikat,” katanya.

Advertisement

Pembangunan jalan diperluas hingga empat belas jalur untuk bisa digunakan pendaratan bagi pesawat MiG21 buatan Uni Soviet saat itu. Selain itu, Bung Karno juga melakukan nasionalisasi berbagai perusahaan tambang milik asing. Hasil industri pertambangan untuk pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan umum.

“Bung Karno berharap pada 1975 Indonesia akan menjadi bangsa terkuat di Asia dan menjadi salah satu negara super power di luar dari Amerika Serikat, Uni Soviet, Inggris, Jepang, dan Tiongkok,” jelasnya.

Sayangnya, katanya, seluruh konsep strategis itu memudar pascaperistiwa 1965 dan kepemimpinan Indonesia menurun di dunia internasional. “Padahal sebelumnya karena peran aktif Indonesia, bangsa-bangsa Asia Afrika, yang mayoritas adalah bangsa Islam, merdeka karena peran Indonesia,” ujarnya.

Baca Juga : Pancasila dan Pohon Sukun Bercabang Lima di Taman Renungan Bung Karno

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif