News
Senin, 6 Juni 2022 - 07:36 WIB

Candi Borobudur Alami Pelapukan, Satu Alasan Tarif Dinaikkan Rp750.000

Newswire  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Pengelolaan dan pengaturan jumlah pengunjung Candi Borobudur sudah digodok sejak lama. (Ilustrasi/Freepik.com)

Solopos.com, JAKARTA—Pemerintah menaikkan tarif naik ke Candi Borobudur Rp750.000 dan pembatasan kuota pengunjung maksimal 1.200 orang per hari untuk menjaga warisan budaya dunia tersebut.

Sebagai situs sejarah, Candi Borobudur memiliki berbagai kerentanan dan ancaman. Berdasarkan kajian dari berbagai ahli yang memberikan masukan kepada pemerintah, kondisi situs bersejarah di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah itu saat ini mulai mengalami pelapukan.

Advertisement

Selain itu, perubahan iklim, erupsi Gunung Merapi, gempa bumi, juga menjadi tantangan tersendiri.

Baca Juga: Heboh Tarif Candi Borobudur Rp750.000, Luhut: Itu Belum Final

“Silakan cek atau tanya ke teman-teman pengelola di sana,” ujar Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Minggu (5/6/2022).

Advertisement

“Belum lagi perilaku pengunjung yang suka melakukan vandalisme, menyelipkan benda tertentu di sela-sela batu candi, membuang sampah sembarangan, dan yang lebih parah adalah tidak bisa menghargai Candi Borobudur sebagai situs umat Buddha. Ini semua kan perlu penanganan khusus,” katanya.

Luhut menerangkan nantinya semua calon turis yang ingin mengunjungi Candi Borobudur diwajibkan melakukan reservasi secara online untuk mengatur aliran pengunjung.

Baca Juga: Heboh Tiket Borobudur Rp750.000, Ada Tarif Khusus Warga Jateng-DIY

Advertisement

Selain itu, turis diwajibkan menggunakan sandal khusus yang disebut Upanat Barabudur supaya tidak merusak tangga dan struktur bangunan yang ada di candi. Sandal ini akan diproduksi oleh warga dan UMKM di sekitar Candi Borobudur.

“Sebagai bangsa yang kaya dengan budaya, kita tentu tidak mau dianggap tidak bisa menjaga kelestarian warisan budaya kita sendiri. Jadi, memang diperlukan treatment (perlakuan) khusus untuk mewujudkan upaya itu,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif