News
Sabtu, 23 Oktober 2021 - 07:24 WIB

Cakupan Vaksinasi Tinggi, Inggris Masih Diamuk Corona

Newswire  /  Abu Nadhif  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Dokumentasi: Warga mengantre di luar toko swalayan Waitrose and Partners, di tengah penyebaran penyakit virus corona (COVID-19), di Balham, London, Inggris, Selasa (22/12/2020). (Antara/Reuters)

Solopos.com, JAKARTA — Lebih dari 50.000 warga Inggris terinfeksi Covid-19. Angka ini merupakan rekor tertinggi dalam kurun waktu beberapa bulan terakhir.

Disebutkan, lonjakan kasus ini disebabkan oleh varian Delta Plus AY.4.2. Amukan corona di negara ini memicu kekhawatiran terlebih Inggris menjadi salah satu negara yang cakupan vaksinasinya sudah termasuk tinggi.

Advertisement

Melihat fenomena tersebut, pemerintah RI kembali mengingatkan masyarakat untuk terus waspada dan mempertahankan disiplin protokol kesehatan seiring dengan program vaksinasi yang terus digencarkan.

“Lonjakan kasus baik di Inggris maupun Rusia adalah bukti nyata pandemi belum seusai,” ujar Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate dalam keterangan yang diterima Detikcom, Jumat (22/10/2021).

Baca Juga: Anak di Bawah 12 Tahun Bisa Naik Kereta, Kalau di Bawah 5 Tahun Gimana? 

Advertisement

Sementara itu, Epidemiolog dan Peneliti Senior Kamaluddin Latief menyatakan lonjakan kasus yang terjadi di Inggris harus menjadi pembelajaran penting untuk masyarakat Indonesia agar selalu waspada dan tidak boleh lengah.

Ia memaparkan momentum jeda seperti yang sekarang dialami Indonesia, adalah kesempatan baik untuk mempelajari, mengevaluasi, mempertahankan apa yang sudah baik dari penanganan Covid-19 di Tanah Air.

Kamal menjelaskan terdapat beberapa kemungkinan penyebab terjadinya lonjakan kasus di Inggris, mulai dari pelonggaran protokol kesehatan, pembukaan perbatasan, hingga kemungkinan penurunan kekebalan vaksin. Mutasi varian baru juga bisa menjadi salah satu penyebab lonjakan kasus.

Advertisement

“Pandemi ini adalah sebuah perang yang panjang. Selain itu, COvid-19 memang sesuatu yang baru, sehingga setiap negara masih harus belajar dan berupaya menemukan strategi paling tepat untuk mengendal

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif