News
Jumat, 2 Maret 2018 - 06:00 WIB

Bukan Lokalisasi, 23 Kelompok Ini yang Berkembang di Dolly Surabaya

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - UKM Sami Jali produsen kripik di kawasan eks lokalisasi Dolly, Surabaya. (Istimewa/Pemkot Surabaya)

Perlahan tapi pasti, bekas lokalisasi Dolly, Surabaya, berkembang dengan wajah baru.

Solopos.com, SURABAYA — Pemerintah Kota Surabaya meirilis jumlah pelaku usaha kecil menengah (UKM) di kawasan bekas lokalisasi Dolly yang sudah mencapai 23 kelompok dengan berbagai jenis produk dan jasa.

Advertisement

Camat Sawahan Surabaya, M. Yunus, mengatakan kawasan eks lokalisasi Dolly dan Jarak perlahan telah berubah dan berkembang perekonomiannya. Hal itu sejak Pemkot Surabaya menutup lokalisasi yang terkenal seantero Indonesia itu.

“Industri kreatifnya terus berkembang dari usaha makanan olahan sampai produk fashion,” katanya dalam siaran pers, Kamis (1/3/2018).

Dia mengatakan setiap masing-masing kelompok UKM setidaknya ada sekitar 3-10 orang yang merupakan warga asli kawasan tersebut.

Advertisement

Adapun sebanyak 13 UKM di antaranya merupakan industri kecil makanan olahan seperti TBM Kawain, olahan bandeng, Jarwo Tempe, Sami Jali, Pangsit Hijau, Cak Mimin (dian rujak), UKM Puja (telur asin, botok telur asin), UKM Squel (olahan keripik), UKM Vigts (jamu herbal), Gendis (bumbu pecel), UKM Henrik (olahan semanggi dan es puter), dan olahan minuman dari rumput laut.

Sedangkan sisanya produk fashion seperti batik dengan nama UKM Jarak Arum, Alpujabar, Canting Surya, dan Warna Ayu. Selain itu, ada industri bernama KUB Mampu Jaya yang memproduksi sandal, sepatu dan goody bag, sablon, minyak rambut pomade, dan semir.

“Selain itu juga ada bermacam-macam handycraft manik-manik sampai lukisan,” imbuh Yunus.

Advertisement

Dia menambahkan kini di kawasan tersebut juga ada pusat belanja oleh-oleh bernama Dolly Saiki Point.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif