News
Rabu, 6 Juli 2011 - 13:39 WIB

BPPTK: Gendol tak mampu tampung material Merapi

Redaksi Solopos.com  /  Nadhiroh  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kali Gendol

Kali Gendol

Sleman (Solopos.com)–Kepala Balai Penyelidikan dan Pengembangan Teknologi Kegunungapian (BPPTK) Yogyakarta, Subandrio, mengatakan pascaerupsi besar 2010 kondisi aliran Sungai Gendol di Kabupaten Sleman sudah penuh dengan material lahar Gunung Merapi.

Advertisement

“Bahkan di beberapa titik yang kami pantau dengan citra satelit dan survei darat menunjukkan bahwa timbunan material vulkanik ini justru lebih tinggi dari kawasan di kiri-kanannya,” jelas Subandrio di Sleman, Rabu (6/7/2011).

Ia mengemukakan, kondisi itu sangat rawan saat musim hujan mendatang. Jika terjadi banjir lahar, imbuhnya, material itu bisa meluap ke berbagai tempat.

Advertisement

Ia mengemukakan, kondisi itu sangat rawan saat musim hujan mendatang. Jika terjadi banjir lahar, imbuhnya, material itu bisa meluap ke berbagai tempat.

“Kondisi yang sama juga akan terjadi jika erupsi Gunung Merapi, dimana saat ini kawah puncak Merapi membuka lebar di sisi selatan atau mengarah ke Sungai Gendol sehingga aliran lahar dan awan panas besar kemungkinan melalui sungai ini,” paparnya.

Ia mengemukakan erupsi Merapi setelah letusan Oktober dan November 2010 telah mengubah kondisi gunung teraktif di dunia tersebut.

Advertisement

Ia menyampaikan karakteristik letusan Merapi biasanya mengikuti arah kubah itu dan hal itu berarti bila terjadi letusan kembali, awan panas akan mengarah ke selatan.

“Sebelumnya kubah Merapi ini mengarah ke arah barat dan barat daya, kubah yang mengarah ke arah barat tersebut terbentuk akibat letusan Merapi pada 1930 dan 1931. Sejak 1780 hingga 2010 Merapi telah meletus 100 kali dan sejak 1930 itu setidaknya Merapi pernah meletus sebanyak 20 kali dan arah awan panas mengikuti kondisi kubah,” urainya.

Bila letusan Merapi normal, lanjut, biasanya aliran awan panas akan sejauh tujuh hingga delapan kilometer dan umumnya juga mengikuti aliran sungai berhulu di Merapi.

Advertisement

“Dengan asumsi terbentuknya kubah akibat letuhan 2010 yang ke arah selatan, maka diprediksi letusan berikutnya akan mengarah ke selatan, sehingga wilayah selatan Merapi akan sangat berbahaya untuk ditinggali,” paparnya.

Akibat erupsi 2010 tersebut, jelas dia, saat ini kawasan selatan Merapi sudah tidak ditumbuhi pepohonan lagi dan sebagian kawasan itu juga sudah menjadi tumpukan material Merapi.

“Jadi kondisinya ibarat jalan tol, tidak ada lagi hambatan bagi awan panas untuk meluncur ke bawah,” tambahnya.

Advertisement

(Antara/nad)

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif