News
Kamis, 1 Desember 2022 - 20:08 WIB

BNPT: Kelompok Teroris Gunakan Internet untuk Propaganda

Newswire  /  Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Irjen Pol Boy Rafli Amar. (Istimewa)

Solopos.com, JAKARTA – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol Polisi Boy Rafli Amar mengatakan kelompok ekstremisme yang mengarah pada tindakan terorisme kerap menyalahgunakan internet untuk melakukan propaganda.

“Selain menyalahgunakan internet untuk propaganda, mereka berusaha menyedot pendanaan terorisme yang menargetkan generasi muda,” katanya melalui keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis (12/1/2022).

Advertisement

Hal tersebut disampaikan Kepala BNPT di hadapan 16 perwakilan negara yang hadir dalam Forum Tingkat Tinggi Aqaba Process Regional Asia Tenggara, di antaranya Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Kamboja, Jepang, India, Australia, Selandia Baru, Prancis, AS, Inggris, dan Belanda yang diadakan di Bali pada 22-23 November 2022.

Kelompok ekstremisme melakukan rekrutmen dan perencanaan hingga pendanaan tindak pidana terorisme yang menargetkan anak muda bahkan mendorong pelibatan perempuan untuk melakukan aksi teror.

Advertisement

Kelompok ekstremisme melakukan rekrutmen dan perencanaan hingga pendanaan tindak pidana terorisme yang menargetkan anak muda bahkan mendorong pelibatan perempuan untuk melakukan aksi teror.

Baca Juga: Kamar Indekos Terduga Teroris di Cemani Sukoharjo Digeledah, Ini Hasilnya

Menurutnya, perlu ada komitmen bersama antara pemerintah, organisasi, entitas internasional, dan perusahaan teknologi dalam menghadapi tantangan tersebut.

Advertisement

Kerja sama itu, papar dia, tidak hanya antarnegara namun dengan berbagai organisasi internasional, termasuk perusahaan teknologi untuk mengatasi tantangan eksploitasi internet oleh kelompok teroris dan ekstremis berbasis kekerasan.

Baca Juga: Kamar Indekos Terduga Teroris di Cemani Sukoharjo Digeledah, Ini Hasilnya

Selain dihadiri negara-negara sahabat, pertemuan tersebut dihadiri perusahaan teknologi seperti Microsoft, Meta, TikTok, YouTube hingga Google.

Advertisement

Dalam kesempatan itu, seluruh negara yang terlibat sepakat mengenai pentingnya peran Global Internet Forum to Counter Terrorism (GIFCT) dan Christchurch Call to Action yang di antaranya berisi pertukaran informasi, riset, dan praktik terbaik pencegahan radikalisasi melalui internet khususnya di kawasan Asia Tenggara.

Baca Juga: Total 4 Terduga Teroris di Sukoharjo Ditangkap Densus 88, Ini Daftar Lokasinya

Aqaba Process merupakan sebuah inisiatif yang dibuat King Abdullah II dari Kerajaan Yordania pada tahun 2015 untuk mempertemukan perwakilan pejabat pemerintah, praktisi teknologi, dan masyarakat sipil.

Advertisement

Tujuan Aqaba Process meningkatkan koordinasi di tingkat global, bertukar informasi, keahlian dalam upaya penanggulangan terorisme, dan ekstremisme online maupun offline menggunakan pendekatan holistik.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif