Redaksi Solopos.com / R. Bambang Aris Sasangka | SOLOPOS.com
Staf Ahli Aprindo, Yongky Surya Susilo mengatakan kenaikan harga komuditas terutama produk segar, dipicu dengan isu kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi yang ternyata sampai saat ini tidak mengalami peningkatan. “Kita suggest [menyarankan] ke para peritel dan manufaktur untuk bisa promosi [guna bisa] menahan [angka pertumbuhan] volume penjualan untuk dapat kenaikan 13%-15% [di tahun 2012],” kata Yongky.
Yongky mengatakan sampai kuartal I/2012 pertumbuhan volume penjualan di sektor ritel produk kebutuhan sehari-hari hanya bertengger di angka 9,2%. Melemahnya angka pertumbuhan di sektor riel, ujarnya, mulai dirasakan
sejak Februari. Pada bulan tersebut kenaikan hanya sebatas 6% dibandingkan bulan sebelumnya. Sementara pada tahun 2011 kenaikan di bulan Februari menembus angka 9%.
“Pertumbuhannya jatuh sejak Februari, karena isu BBM naik. Konsumen menahan diri untuk beli, karena uang terpakai membeli komoditas [seperti] beras, cabe. [Mengingat] semua makanan fresh naik, meski BBM tak naik,” kata Yongky.
Kenaikan harga sejumlah komoditas tersebut, tambahnya, menjadi perhatian konsumen sehingga mereka sampai mengerem alokasi uangnya untuk berbelanja jenis produk yang lainnya. Melihat kondisi pertumbuhan ritel sejak Februari tersebut, ujarnya, diperkirakan tingkat kenaikan volume penjualan tahun ini lebih buruk dibandingkan 2011.
“Tahun lalu [kenaikan month to month] masih dapat 9%. Sekarang cuma 6% jadi. Lebih buruk dari tahun lalu,” kata Yongky.