News
Selasa, 27 Mei 2014 - 19:00 WIB

BISNIS PROSTITUSI ONLINE DIY : Kisah PSK Online, Hanya Layani Anak Muda, Setahun Beli Mobil

Redaksi Solopos.com  /  Mediani Dyah Natalia  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, JOGJA-Berbagai alasan melatarbelakangi pekerja seks komersial (PSK) yang memilih menjajakan diri melalui jejaring sosial facebook.

HN, 19, alumnus satu SMA swasta di Jogja selatan mengaku menjajakan diri sejak Kelas XI. Alasannya,  orangtuanya telah bercerai dan dirinya memilih tinggal sendiri sambil menyelesaikan sekolahnya. Uang yang ia dapatkan dipergunakan untuk membayara biaya sekolah dan kebutuhan sehari-hari. Selain itu, tindakan ini merupakan bentuk pembalasan atas apa yang dilakukan oleh orangtuanya.

Advertisement

“Saya hanya layani yang usianya di bawah 30 tahun, dan sampai saat ini masih sama. Selain itu ada aturan lain serta harus di hotel,” ujar gadis keturunan Jawa-Sunda tersebut kepada Harianjogja.com beberapa waktu lalu

Sementara pernyataan berbeda justru diungkapkan oleh DA, 21, salah satu ayam kampus di Kota Jogja. Jika para PSK pelajar menggunakan grup di facebook, hal itu tidak berlaku bagi DA. Mucikari yang menangani DA biasa menawarkan jasanya melalui forum tertutup dan tidak semua bisa mengaksesnya. Hanya member yang pernah dan direkomendasikan yang bisa mengakses forum tersebut. Selain itu tarif yang ditawarkan pun lebih banyak menyasar para eksekutif muda yakni antara Rp1,5 juta hingga Rp3,5 juta sekali kencan.

Tidak tanggung-tanggung, selama kurang dari setahun, DA mampu mengganti mobil dari KIA Carenz menjadi Honda Jazz.

Advertisement

“Aku beli itu atas hasil kerja keras dan keringatku sendiri,” ucapnya.

Pelaksanaan transaksi yang memanfaatkan jaringan informasi melalui situs sosial, Sosiolog Kriminal UGM Soeprapto memiliki pandangan sendiri. Menurutnya perkembangan teknologi informasi saat ini telah membuka banyak jalan untuk melakukan transaksi antara penyedia jasa layanan dan orang yang membutuhkannya. Tanpa harus repot-repot bertemu, perjanjian dan kesepakatan bisa terjadi.

Modus penawarannya pun menurut Soeprapto beragam. Mulai dari menawarkan paket foto bugil, video, hingga menawarkan paket hubungan seksual. Tak perlu dibayar dengan uang tunai maupun transfer, beberapa “penjual” bahkan menerima bayaran dalam bentuk pulsa.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif