News
Senin, 31 Agustus 2015 - 19:40 WIB

BISNIS PROPERTI SOLORAYA : Penjualan Sektor Properti Stagnan

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi bursa properti (JIBI/Bisnis/Dok)

Bisnis Properti Soloraya, penjualan relatif stagnan.

Solopos.com, SOLO–Memasuki semester II/2015, penjualan properti di Soloraya relatif masih stagnan. Properti menengah ke atas menjadi segmen yang paling merasakan dampak kemerosotan penjualan.

Advertisement

Ketua Real Estate Indonesia (REI) Soloraya, Anthony Abadi Hendro P., mengatakan lesunya penjualan terjadi karena dampak krisis ekonomi global. Akibatnya, masyarakat lebih memilih untuk menahan daya beli properti.

“Semester kedua pasar properti masih stagnan. Selain penurunan daya beli, ini terjadi karena pengaruh krisis global, sehingga investor pembeli properti memilih untuk mengamankan duitnya,” urainya saat dihubungi Solopos.com, Senin (31/8/2015).

Dia mengungkapkan properti sebenarnya salah satu bentuk investasi yang aman. Namun, kondisi ekonomi dunia dan nasional yang belum stabil memaksa masyarakat berpikir dua kali untuk berinvestasi properti sehingga memilih untuk memenuhi kebutuhan utama yang lain.

Advertisement

Sementara itu, diperbolehkannya warga negara asing (WNA) untuk memiliki properti juga tidak memberikan koreksi penjualan. “Pemerintah yang mengeluarkan peraturan diperbolehkannya warga asing untuk membeli rumah di Indonesia juga belum berdampak. Kebetulan di Soloraya enggak ada karena yang harganya di atas  Rp5 miliar,” paparnya.

Anthony mengatakan developer saat ini fokus untuk mengembangkan program pemerintah satu juta rumah untuk masyarakat berpengasilan rendah (MBR). Developer juga intens bekerja sama dengan pihak bank untuk membantu masyarakat mendapatkan rumah yang layak.

“Diharapkan pembangunan rumah untuk MBR itu memberikan efek ganda terhadap penjualan rumah segmen menengah ke atas. Begitu pula dengan sektor lain, seperti pasir, batu bata, keramik, genteng, mebel dan infrastruktur,” katanya.
Kendati demikian, menurutnya, hal tersebut membutuhkan komitmen pemerintah daerah. Hal itu karena kebutuhan rumah bukan hanya menjadi kewajiban developer, tetapi semua pihak termasuk pemerintah.

Advertisement

Senada dengan Anthony, Branch Manager Bank Tabungan Negara (BTN) Solo, Teguh Wahyudi, juga mengatakan pertumbuhan properti belum menggembirakan.  Penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) juga melambat karena penurunan daya beli masyarakat.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif