News
Jumat, 23 November 2012 - 20:09 WIB

Bibit Waluyo: Daerah Istimewa Surakarta? Itu Ngimpi di Siang Bolong

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Bibit Waluyo (Foto: Dokumentasi)

Bibit Waluyo (Foto: Dokumentasi)

SEMARANG-Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, mengatakan wacana pembentukan Daerah Istimewa Surakarta (DIS) merupakam mimpi di siang bolong.

Advertisement

“Itu [DIS] ngapa, mimpi di siang bolong. Ndak usah ada wacana itu. Itu hanya mencari berita saja,” katanya ketika ditemui wartawan sepulang dari Jakarta di Bandara Internasional A Yani, Semarang, Jumat (23/11/2012) sore.

Lebih lanjut, Gubernur menyatakan pihaknya sudah membuat pondasi ekonomi yang kuat, infrastruktur dan energi.”Infrastruktur meliputi pembangunan jalur rel ganda kereta api, jalan tol Semarang-Solo, Bandara A Yani, dan Pelabuhan Tanjung Emas, Semarang biar jadi dulu, sehingga ekonomi kuat,” bebernya.

Setelah itu, ujar Bibit, pertanian dalam arti luas digerakan, serta modernisasi, maka Jateng akan menjadi sejahtera. ”Mari kita bersama-sama membangun Jateng. Tak usahlah ada wacana DIS. Itu mimpi di siang bolong,” pungkas gubernur.

Advertisement

Sebagaimana diberitakan sebelumnya, Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat berniat menghidupkan kembali Daerah Istimewa Surakarta (DIS). Sebab, upaya itu sebagai tahapan untuk menagih janji pemerintah yang ingin mengembalikan DIS setelah Surakarta dinyatakan aman.

“Kalau menurut sejarah, DIS itu sudah ada sejak 1945. Pemerintah kala itu mencabut atau mengambil alih DIS karena kondisi Surakarta merupakan basis komunis. Namun waktu itu pemerintah berjanji mengembalikan DIS setelah kondisi Surakarta aman, tapi sampai sekarang tidak ada realisasinya,” jelas Wakil Pengageng Sasana WilapaKP Winarno Kusumo, saat dijumpai Solopos.com, di Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Selasa (6/11/2012).

Winarno menerangkan usia DIS bertahan hingga sembilan bulan. Upaya menghidupkan DIS sangat tepat mengingat semua berkaitan dengan keistimewaan Surakarta termaktub dalam Undang-undang (UU).

Advertisement

“Bahkan PB XII membuat maklumat yang menyatakan DIS berdiri dibalik Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Nah, dalam perjalanannya kok janji dari pemerintah seolah tidak pernah ditepati, setiap kepemimpinan yang berganti seolah acuh tak acuh,” jelas Winarno.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif