Solopos.com, SOLO — Beberapa waktu ini masyarakat digegerkan dengan adanya penyakit antraks yang muncul di Gunungkidul, D.I. Yogyakarta. Penyakit ini muncul diduga karena warga memakan bangkai sapi yang telah dikubur.
Dilansir dari dinkes.jogjaprov.go.id, diakses Jumat (7/7/2023), antraks merupakan penyakit menular akut yang disebabkan oleh bakteri bernama bacillus anthracis. Bakteri ini berbentuk tangkai dan terklasifikasi gram negative.
Biasanya antraks menyerang hewan herbivora yang menelan atau menghirup spora bakteri antraks dari rumput, tanah, dan air. Antraks memiliki 4 jenis, yaitu antraks kulit, antraks pada saluran pencernaan, antraks pada paru-paru, dan antraks meningitis.
Bersumber dari bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id, berikut fakta tentang antraks yang perlu diketahui.
Bersumber dari bbvetwates.ditjenpkh.pertanian.go.id, berikut fakta tentang antraks yang perlu diketahui.
1. Dapat menular ke manusia
Meskipun penyakit antraks merupakan penyakit yang menyerang pada hewan herbivora, tetapi manusia juga bisa tertular. Dikutip dari rsud.tulungagung.go.id, dr. Marta Dwi Rifka, Sp. KK mengatakan bahwa manusia juga bisa tertular penyakit antraks ini.
2. Spora antraks tahan hingga bertahun-tahun
Dikutip dari pertanian.kulonprogo.go.id, spora antraks dapat berupah menjadi spora ketika terjadi kontak dengan udara luar. Spora ini juga akan terus menyebar di dalam tanah dan tidak akan hilang hingga berpuluh-puluh tahun.
Spora bakteri antraks ini bisa mati oleh pemanasan pada temperature 1.000 derajat celsius selama 20 menit atau melalui pemanasan kering 140 derajat celsius selama 30 menit.
3. Dapat diobati dengan antibiotik dan dicegah dengan vaksin
Penyakit antraks dapat diobati dengan memberikan antibiotik seperti penicillin, streptomycin, oxytetracycline, dan sulfonamide. Pemberian antibiotik yang dilakukan secepatnya dapat mempermudah pengobatan. Untuk mencegah penyakit antraks dapat dilakukan dengan vaksinasi.