News
Selasa, 12 Maret 2019 - 12:20 WIB

Berangkat ke Konferensi PBB dengan Pesawat Ethiopian Airlines, Harina Hafitz Gugur dalam Tugas

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA – Salah satu dari 149 penumpang pesawat Ethiopian Airlines nomor penerbangan ET-302 adalah warga Indonesia bernama Harina Hafitz. Perempuan berusia 60-an tahun tersebut merupakan satu dari tujuh anggota staf World Food Program, badan pangan di bawah PBB yang menumpang pesawat itu.

Kepada BBC News Indonesia, adik laki-laki Harina Hafitz mengatakan bahwa kakaknya telah lama bekerja untuk WFP. Kepergiannya ke Nairobi, Kenya, adalah dalam rangka mengikuti pertemuan PBB. “Beliau sempat kirim Whatsapp ke saya hari Sabtu [9/3], memberitahu dapat tugas ke Nairobi. Pesawatnya dari Roma transit dulu di Addis Ababa,” papar sang adik, Hari Lutfi, Senin (11/3/2019).

Advertisement

Harina, menurut Hari, telah berdomisili di Kota Roma, Italia, selama puluhan tahun. Dia menikah dengan warga Italia dan memiliki dua anak. “Suaminya dan kedua anaknya masih shock, belum tahu harus bagaimana,” kata Hari, adik langsung dari Harina yang merupakan sulung dari empat bersaudara.

Secara terpisah, seorang keponakan Harina mengatakan pihak keluarga sedang menunggu kabar dari WFP dan Ethiopian Airlines. “Semasa hidupnya, beliau seorang pekerja keras,” kata Sevila, anak dari adik bungsu Harina.

Sementara itu, Duta Besar RI untuk Italia, Esti Andayani, mengatakan KBRI Roma akan membantu semaksimal mungkin apa pun keputusan keluarga. “Namun hingga pagi ini [Senin waktu setempat] belum ada keputusan final,” ujarnya lewat pesan singkat kepada liputan6.com. “Keluarga di Roma masih menunggu kedatangan keluarga dari Jakarta dan informasi lebih lanjut secara protokoler dari Kantor WFP,” imbuh dia.

Advertisement

Direktur Eksekutif WFP, David Beasley, menyatakan ada stafnya yang meninggal dunia dalam peristiwa itu. Selain Harina, terdapat personel WFP lainnya dari Nepal, Italia, Tiongkok, Irlandia, dan Serbia. Total ada tujuh personel WFP yang tewas dalam tragedi itu. Lebih lanjut, Beasley menyatakan bahwa keluarga korban telah dihubungi dan terus mendapat dukungan dan konseling. Pihak WFP, sebut Beasley, akan melakukan semua hal yang mungkin untuk membantu keluarga korban.  “Saat kita berkabung, mari kita refleksikan bahwa setiap kolega WFP ini bersedia untuk bepergian dan bekerja jauh dari rumah-rumah mereka dan keluarga tercinta mereka untuk membuat dunia ini menjadi tempat lebih baik untuk ditinggali,” ujar Beasley dalam pernyataannya.

Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif