News
Jumat, 12 Mei 2023 - 09:57 WIB

Belum Terungkap Lebih dari Setahun, Ini Misteri Pembunuhan Ibu-Anak di Subang

Abu Nadzib  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Yosef Hidayah, suami dan ayah dua korban pembunuhan di Subang, Jawa Barat, Tuti Suhartini dan Amalia Ratu, menangis saat tahlilan, 19 Agustus 2021 silam. (Okezone)

Solopos.com, SUBANG — Misteri kasus pembunuhan ibu dan anak, Tuti Suhartini, 55, dan Amelia Mustika Ratu, 23, di Subang, Jawa Barat yang menyita perhatian publik sejak 2021 lalu kembali mengemuka ke publik setelah sang dokter forensik, Kombes Pol. dr. Hastry Sumy Purwanti, curhat kepada Youtuber Deddy Corbuzier.

Hastry Sumy Purwanti mengemukakan rasa gemasnya karena kasus pembunuhan ibu-anak di Subang itu belum terungkap meski sudah berlangsung 1,5 tahun.

Advertisement

Ia menumpahkan keluhannya dan ditayangkan di podcast Youtube Deddy Corbuzier dan dikutip Solopos.com, Jumat (12/5/2023).

Berikut dokumentasi Solopos.com tentang pembunuhan Tuti dan Amelia yang terjadi pada 18 Agustus 2021 dini hari.

Pembunuhan Tuti dan Amelia menghebohkan publik Tanah Air tepat sehari setelah rakyat Indonesia merayakan hari ulang tahun ke-76 kemerdekaan RI.

Jasad keduanya ditemukan tertumpuk di dalam mobil Alphard milik keluarga yang terparkir di garasi rumah mereka di Kampung Ciseuti, Desa/Kecamatan Jalancagak, Kabupaten Subang.

Tubuh dua perempuan malang itu penuh luka. Kepala keduanya remuk akibat dihantam benda tumpul.

Darah masih terus mengucur hingga merembes keluar dari sela pintu mobil mewah tersebut.

Penemuan jasad Tuti dan Amelia berawal dari laporan Yosef Hidayah kepada polisi bahwa anak dan istrinya hilang.

Advertisement

Pada 18 Agustus 2021 pagi, Yosef yang pulang dari rumah istri keduanya, Mimin Mintarsih, terkejut lantaran kondisi rumah berantakan sementara anak dan istrinya tidak berada di tempat.

Ia lantas melapor ke Mapolsek setempat. Polisi yang datang menemukan jasad ibu dan anak itu di bagasi mobil Alphard yang diparkir di garasi rumah.

Lebih dari satu tahun hari sejak ditemukan tewas terbunuh, siapa penghilang nyawa ibu-anak di Subang itu masih misterius, apalagi motifnya.

Sejumlah Youtuber menjadikan misteri pembunuhan itu dalam konten-konten mereka.

Saling Curiga

Tak hanya menghebohkan publik, tewasnya Tuti dan Amelia memicu keretakan keluarga korban.

Suami Tuti, Yosef Hidayah, 62, berseteru dengan anak sulung yang juga kakak kandung Amelia, Yoris Raja Amanullah, 36.

Yosef mencurigai anak sulungnya, Yoris, sebagai pelaku pembunuhan terhadap Tuti dan Amelia.

Advertisement

Sebaliknya, Yoris curiga ayahnya yang mempunyai istri muda sebagai pelaku pembunuhan terhadap ibu dan adiknya.

Yosef dan Yoris bahkan sempat didampingi penasihat hukum masing-masing dalam kasus pembunuhan misterius itu.

Namun saat ini kabarnya ayah dan anak itu sudah kembali berdamai.

Keluarga Yosef-Tuti Suhartini secara ekonomi berkecukupan. Mereka mempunyai dua anak, Yoris dan Amelia.

Yosef mempunyai yayasan yang bergerak di bidang pendidikan, Yayasan Bina Prestasi Nasional dan menaungi sebuah sekolah.

Aparat Polres Subang yang mengusut kasus tersebut sangat kewalahan hingga diambil alih Polda Jawa Barat.

Bahkan Kapolri menerjunkan tim khusus dari Bareskrim Polri untuk turut serta menyelesaikan persoalan yang sangat menyita perhatian publik tersebut.

Advertisement

Hingga jabatan Kapolda Jawa Barat (Jabar) berpindah dari Irjen Pol. Ahmad Dofiri ke Irjen Pol Suntana, pada 31 Oktober 2021 belum ada penetapan satu pun tersangka.

Suntana melanjutkan pekerjaan rumah rumit itu dari Ahmad Dofiri yang promosi menjadi Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Mabes Polri.

Yang tak kalah pusing tentu saja adalah Kapolres Subang AKBP Sumarni yang menjadi sorotan memimpin anak buahnya mengusut kasus pembunuhan sadis itu.

Sumarni mendapat pekerjaan berat tak sampai sebulan setelah resmi menjabat Kapolres Subang menggantikan AKBP Aries Kurniawan.

“Pelakunya kemungkinan orang dekat. Tidak ada kerusakan sedikitpun di pintu dan jendela. Itu artinya apa?” ujar AKBP Sumarni, beberapa waktu lalu.

Kapolda Jawa Barat Irjen Pol Suntana memastikan menjadikan kasus pembunuhan Subang sebagai salah satu prioritas untuk dituntaskan.

“Saya minta ke serse untuk cepat mengungkap karena itu (kemampuan mengungkap kasus pembunuhan) menyangkut integritas Polri juga,” kata Kapolda Jabar Irjen Pol Suntana di Mapolda Jabar, Jalan Soekarno-Hatta, Kota Bandung, Senin (15/11/2021).

Advertisement

Polda Jawa Barat resmi mengambil alih kasus itu dari Polres Subang per 15 November 2021.

Kapolda Jabar memastikan penyidik bekerja keras untuk mengungkap kasus yang telah tiga bulan berlalu itu.

“Mengungkap kasus itu kadang bisa satu hari, kadang lama. Sampai saat ini anggota di lapangan masih melakukan proses untuk mengungkap pelaku,” ujar Suntana.

Irjen Pol Suntana mencontohkan kasus pembunuhan yang pernah ditanganinya saat menjabat Wakapolda Metro Jaya di mana saat itu hanya butuh beberapa hari untuk menetapkan tersangka.

Namun, ujar dia, ada juga kasus yang sulit diungkap dan penyidik harus berhati-hati dalam upaya pembuktiannya.

“Sebagai contoh, ada kasus di Pulo Mas Jakarta. Ada beberapa jenazah yang dikurung di dalam WC. Itu bisa diungkap dalam beberapa hari. Tapi ada juga kasus tertentu yang pembuktiannya harus hati-hati karena konsekuensi dalam menetapkan tersangka itu (ada konsekuensi hukum) (sehingga penyidik), hati-hati,” ujarnya.

Sebagai informasi, Kapolda Jawa Barat saat ini sudah berganti dari Irjen Suntana kepada Irjen Pol Akhmad Wiyagus per 27 Maret 2023 lalu.

Advertisement

Banyak Kejanggalan

Dokumentasi Solopos.com, kasus pembunuhan Tuti Suhartini dan Amelia Mustika Ratu benar-benar menguras energi polisi.

Sudah 55 saksi diperiksa. Bahkan saksi kunci yakni Yosef, Yoris, Ramdanu (kerabat Yosef), dan Mimin Mintarsih (istri kedua Yosef) diperiksa hingga belasan kali.

Terbanyak adalah Yosef yang diperiksa 16 kali dan dua kali menjalani tes kebohongan.

Sulitnya polisi mengungkap kasus menggegerkan tersebut diwarnai banyak kejanggalan di lokasi kejadian.

Sejumlah petunjuk sudah dikantongi polisi antara lain tidak adanya kerusakan baik di pintu maupun jendela rumah sehingga mengindikasikan pelaku sangat hafal kondisi rumah dan dimungkinkan masuk menggunakan kunci.

Polisi juga menemukan dua jejak kaki yang berbeda di lokasi kejadian, memantik kemungkinan pelaku lebih dari satu orang.


Lokasi penemuan jasad ibu dan anak terduga korban pembunuhan di Jalancagak, Kabupaten Subang, Jawa Barat pada 17 Agustus 2021. (ANTARA/Dokumentasi Pribadi)

Keanehan lainnya adalah tidak ada barang yang hilang di rumah itu selain smartphone milik korban Amelia.

Advertisement

Hal itu memantik dugaan ada yang penting di HP tersebut sehingga harus dihilangkan oleh pelaku.

Petunjuk lain yang bisa menjadi jalan polisi mengungkap kasus itu adalah sebuah helm yang diduga milik pelaku yang tertinggal di lokasi kejadian.

Tidak ada kejahatan yang tidak meninggalkan jejak, itulah rumus penting yang dipegang polisi untuk mengungkap siapa pelaku di balik pembunuhan sadis ibu dan anak tersebut.

Tudingan ke Yosef

Tudingan paling kuat memang mengarah ke Yosef, suami dan ayah dari kedua korban.

Tudingan berikutnya mengarah ke Yoris, anak sulung Yosef yang juga anak dan kakak dari kedua korban.

Kepada wartawan Yoris mengakui, hubungan antara ayahnya dan almarhum ibunya memang kurang baik sejak sang ayah menikah lagi secara siri dengan Mimin Mintarsih pada 12 tahun silam.

Sejak itu, kata Yoris, ayahnya menjadi sangat boros dan susah mengendalikan keuangan.

Sejak lama keluarga berada itu berkecimpung di bidang pendidikan. Mereka mempunyai Yayasan Bina Prestasi Nasional yang menaungi sebuah lembaga pendidikan.

Yosef bertindak sebagai pembina yayasan, Yoris yang anak sulung menjadi ketua yayasan, korban Tuti menjabat sebagai bendara dan korban Amelia menjadi sekretaris.

Istri kedua Yosef, Mimin Mintarsih, sempat terlibat mengurus yayasan namun akhirnya dikeluarkan setelah keluarga tersebut mulai berkonflik.

“Sejak beberapa lama Papa sudah tidak mengurus langsung yayasan. Ya karena boros itu. Mama tidak membolehkan. Uang untuk Papa yang ngasih adik (Amelia), kalau Mama sudah tidak mau ngasih,” tutur Yoris.

Ucapan Yoris selaras dengan pengakuan sang ayah, Yosef secara terpisah.

Yosef mengaku memang sudah tidak lagi mengurusi secara langsung yayasan yang didirikannya. “Ya yang ngurusi mereka,” ujarnya.

Hubungan harmonis keluarga Yosef yang sudah berlangsung puluhan tahun memang retak sejak Yosef menikah secara siri dengan Mimin Mintarsih.

Yoris bahkan mengaku pernah menggertak sang ayah sembari membawa golok.

Kejadian itu terjadi beberapa tahun silam saat sang ibu, Tuti Suhartini, pulang ke rumah sambil menangis.

Menurut Yoris, sang ibu berpapasan dengan Yosef yang sedang berduaan dengan madunya, Mimin Mintarsih.

“Sebagai anak saya emosi melihat ibu saya menangis. Lalu saya datangi Papa sambil bawa golok tumpul. Goloknya saya pukulkan ke kendaraan sambil marah. Ya sebatas itu saja,” ujar Yoris kepada wartawan.

Meski menuding sang ayah sebagai pelaku pembunuhan, Yoris juga tidak lepas dari tudingan. Setidaknya tudingan itu muncul dari sang ayah.

Status WA Korban

Misteriusnya kasus itu diwarnai dengan temuan polisi soal status Whatsapp korban Amelia Mustika Ratu, 10 hari sebelum ia ditemukan tewas terbunuh.

Kala itu gadis cantik itu mengunggah status di WA berisi sindiran soal rezeki. Tidak diketahui, status berisi sindiran itu ditujukan kepada siapa.

“Jauhkan orang yang punya iri dengki, rezeki orang sudah ada porsi masing-masing,” tulis Amelia di status WA-nya pada 8 Agustus 2021.

Penyidik Polres Subang sempat menduga aksi pembunuhan itu dipicu masalah ekonomi, yakni konflik di Yayasan Bina Prestasi Nasional.

Yayasan itu didirikan oleh Yosef Hidayah yang menjabat komisaris yayasan. Yoris menjabat ketua yayasan, Tuti bendahara dan Amelia sebagai sekretaris.

Yoris mendapat gaji Rp12 juta, Tuti dan Amelia masing-masing mendapatkan honor masing-masing Rp 10 juta per bulan.

Di tubuh yayasan itu sempat terjadi konflik ketika istri muda Yosef, Mimin Mintarsih dikeluarkan pada 2018.

Jabatan Mimin sebelumnya adalah bendahara yayasan. Karena dianggap kurang baik mengelola keuangan, Yoris pun mengganti Mimin.

Namun hingga jelang 100 hari peristiwa pembunuhan itu, polisi juga belum bisa mengungkap motif ekonomi konflik yayasan yang sempat diselidiki.

Berdasarkan hasil penyelidikan, polisi mendapati rekaman CCTV di rumah tetangga yang merekam pergerakan dua kendaraan, mobil Avanza putih dan motor NMax biru.

Bahkan satu rekaman CCTV menunjukkan pelaku membuang barang bukti di tong sampah sebuah tempat pencucian mobil tak jauh dari lokasi kejadian.

Sayangnya, rumah yang menjadi lokasi pembunuhan memang tidak ada CCTV-nya.

Penyidik telah melakukan autopsi ulang terhadap jenazah korban Tuti dan Amelia di TPU Istuning, Jalancagak, Subang pada Sabtu 2 Oktober 2021.

Autopsi ulang dilakukan untuk memastikan bentuk luka dan senjata yang digunakan pelaku.

Namun dari sekian banyak bukti baru yang diperoleh penyidik, sampai saat ini polisi belum bisa menyimpulkan siapa pelaku pembunuhan keji terhadap almarhumah Tuti dan Amelia.

Perkembangan terakhir terungkap fakta, kerabat Yosef bernama Ramdanu alias Danu masuk ke tempat kejadian perkara (TKP) bersama seorang oknum bantuan polisi (banpol) pada Kamis 19 Agustus 2021 pagi atau sehari setelah penemuan mayat.

Danu yang menyangka banpol itu anggota Satreskrim Polres Subang, menurut semua perintah pria tersebut.

Bahkan Danu mengikuti saat disuruh membersihkan bak mandi di TKP.

Saat membersihkan bak mandi berisi air bercampur darah itu, Danu menemukan gunting dan cutter.

“Saya awalnya berjaga di depan rumah. Sambil ngrokok gitu. Lalu ada orang datang mau masuk ke rumah. Saya sempat memotretnya. Lalu dia menghampiri saya dan mengajak masuk. Saya kira polisi. Saya ikut masuk lewat pintu belakang. Ia nyuruh saya membersihkan bak kamar mandi. Setelah saya bersihkan ada cutter dan gunting,” ujar Danu sebagaimana dikutip Solopos.com dari kanal Youtube Misteri Mbak Suci, Selasa (30/11/2021).

Dua benda tajam itu kemudian diberikan kepada banpol. Namun banpol meminta Danu kembali meletakkan gunting dan cutter di tempat semula.

Fakta lain juga terungkap, pada Kamis 19 Agustus 2021 sore sekitar pukul 16.00 WIB, Yosef Hidayah dan adiknya, Mulyana, masuk ke TKP.

Mereka membawa satu benda dari rumah korban.

Tentang sulitnya polisi mengungkap kasus itu diakui ahli forensik dari Mabes Polri, Kombes Pol dr. Hastry Sumy Purwanti yang terlibat langsung dalam tim.

Banyak DNA

Saat tampil di kanal Youtube Denny Darko, Hastry menyatakan pihaknya menemukan puluhan DNA di lokasi pembunuhan.

Perwira menengah Polri itu mengungkapkan, pemeriksaan forensik sudah selesai dan sudah diketahui semua pemilik DNA tersebut.

Namun, kata dia, polisi belum mengumumkan ke publik dengan alasan masih dalam tahap penyidikan kasus.

Hastry menjelaskan, dalam identifikasi kasus lain biasanya ada data pembanding yang membuat proses pengungkapannya cepat.

“Kalau proses identifikasi biasa, bencana massal itu bisa cepat karena ada data pembanding, kalau teroris bisa cepat karena sudah ada data pembanding dari keluarganya,” ujarnya sebagaimana dikutip Solopos.com, Selasa (30/11/2021).

Dalam kasus Subang, lanjut Hastry, tim penyidik mendapat banyak DNA dari lokasi pembunuhan.

DNA-DNA tersebut selanjutnya dicocokkan dengan data yang didapatkan dari barang bukti.

“Kami petakan DNA itu, matching enggak dengan DNA yang didapat dari barang bukti lain di TKP, nah itu yang bikin prosesnya lama,” jelasnya.

Hastry menyayangkan TKP kasus Subang terkontaminasi akibat banyaknya orang yang masuk ke lokasi tanpa diketahui polisi.

Ia menyebut menemukan DNA seorang saksi kunci di TKP pembunuhan Tuti dan Amelia. DNA itu lantas dicocokkan dengan waktu kematian ibu dan anak tersebut.

“Setelah tahu itu DNA siapa, penyidik itu pengen nyocokin DNA itu ada gak di waktu kematian, alibinya. Itu yang sulit, karena kami bandingkan lagi dengan properti atau sisa rokok yang lain, apakah ini lama, sehari dua hari. Karena kan rumah tersebut banyak didatangi orang-orang bukan keluarga, yayasan,” kata dokter forensik tersebut.

Pelaku Cermat

Siapapun pelakunya, Hastry memastikan mereka sudah merencanakan secara cermat.

Bahkan, kata dia, pelakunya paham tentang ilmu forensik. Pelakunya berusaha menghilangkan jejak dengan memandikan jasad kedua korban sebelum memasukkan keduanya ke dalam mobil Alphard.

Di jenazah kedua korban, Hastry mengaku tidak menemukan satu pun sidik jari.

Tak hanya itu, pelaku juga mengelap sejumlah tempat di TKP, termasuk di antaranya setir mobil dan pintu-pintu.

Menurutnya, pelaku bisa mempelajari tentang ilmu forensik itu melalui internet.

Meskipun sudah dibersihkan pelaku, kata dia, Tim Inafis Mabes Polri dan Polres Subang masih bisa mendeteksi sidik jari di tembok yang kering, pintu masuk, pintu keluar dan di mobil.

Bahkan di setir mobil dan pintu bagasi yang sudah dibersihkan dengan air pun masih bisa dideteksi sidik jari.

“Bisa ditemukan, mungkin waktu membersihkan cepat-cepat. Kemarin saya dapat, sidik jari di sekitar mobil, di rumah juga,” ujar dr. Hastry.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif