News
Rabu, 2 Januari 2013 - 18:29 WIB

Belum Lama di Renovasi, Usuk SD Tumenggungan Ambrol

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Guru menunjukkan bagian usuk atau kayu penyangga atap bangunan SD Negeri Tumenggungan No 28, Solo, Rabu (2/1/2013) yang rusak. (Agoes Rudianto/JIBI/SOLOPOS)

SOLO — Usuk atau kayu yang dipasang sebagai tulang rusuk atap SD Tumenggungan No 28 ambrol dan hampir mengenai guru kelas. Padahal kurang dari dua tahun lalu kelas itu telah direnovasi dengan bantuan dana rehab kelas dari pemerintah pusat.

Guru kelas II yang saat itu hampir terkena jatuhan kayu usuk, Hari Sutopo, mengaku kaget ketika tiba-tiba kayu usuk jatuh ke bangku kelas, padahal tak jauh dari tempat itu dirinya sedang memasukkan data nilai siswa. “Saya kaget tiba-tiba usuknya jatuh, padahal tidak jauh dari tempat saya duduk. Ini bekas jatuhannya masih ada di tempat sampah,” jelasnya sambil menunjukkan remahan kayu di tempat sampah saat ditemui wartawan, Rabu (2/1/2013).

Advertisement

Beruntung saat kejadian yang berlangsung sekitar dua pekan lalu sebelum pembagian rapor semester ganjil 2012/2013, siswa kelas II yang berjumlah 30 orang sudah pulang, sehingga tidak ada korban yang terkena kayu usuk itu.

Berdasarkan pantauan Solopos.com, selain di ruang kelas II, kondisi kayu usuk yang rapuh bisa ditemukan di kelas III. Karena ruang kelas tidak berplafon, maka dengan jelas kayu usuk dapat terlihat. Beberapa usuk sudah mulai lepas dari tempatnya dan yang lainnya sudah tampak rampuh dimakan rayap.

“Sepertinya kalau kelas I tidak berplafon, usuknya juga terlihat rapuh seperti itu,” jelas Hari sambil menunjuk beberapa kayu usuk yang rapuh.

Advertisement

Sementara itu, Kepala SD Tumenggungan no 28, Zubaidah, menjelaskan sebelumnya kelas II dan III telah direnovasi dengan menggunakan dana bantuan rehab kelas dari pemerintah pusat senilai Rp160 juta pada 2010. Bantuan yang awalnya dialokasikan untuk rehab dua kelas, terpaksa melebar untuk memperbaiki atap empat kelas.

“Karena atapnya gandeng, yang diperbaiki melebar sampai empat lokal,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Rabu.

Menurutnya kelas II dan III itu memang lebih cepat rusak dibanding kelas lainnya karena dimakan rayap. Bahkan beberapa pekan setelah direnovasi rayap sudah banyak terlihat di ruang kelas itu. Zubaidah juga mengaku sudah sering melakukan perawatan untuk menjaga kelas itu termasuk penyemprotan rayap.

Advertisement

Jika usuk tidak segera diperbaiki, Zubaidah menilai hal itu akan membahayakan siswa, padahal KBM sudah mulai aktif dan sekitar 60 siswa belajar tiap hari di bawah kayu usuk yang rapuh. Pihaknya juga telah melaporkan hal itu ke Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Solo, namun hingga saat ini belum ada tindakan apa-apa.

Salah satu siswa kelas II, Farhan, mengaku sedikit takut ketika tahu kayu yang berada di atas kepalanya tiap hari telah rapuh. Dia berharap agar kelasnya itu bisa segera diperbaiki sehingga dirinya bisa belajar dengan aman.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif