News
Rabu, 14 Maret 2012 - 10:49 WIB

Beji Produksi Blangkon Sejak 1960

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - MINIM PENERUS—Perajin blangkon di Dusun Beji, Sidoarum, Sleman, Mukhoirudin, 62, mengatakan tak banyak generasi muda yang berniat meneruskan kerajinan yang digelutinya. (JIBI/HARIAN JOGJA/JOKO NUGROHO)

MINIM PENERUS—Perajin blangkon di Dusun Beji, Sidoarum, Sleman, Mukhoirudin, 62, mengatakan tak banyak generasi muda yang berniat meneruskan kerajinan yang digelutinya. (JIBI/HARIAN JOGJA/JOKO NUGROHO)

Berproduksi sejak 1960, Dusun Beji, Sidoarum, Godean, Sleman, tetap memproduksi blangkon hingga kini. Karya 17 perajin blangkon di kawasan itu pun dijajakan di kawasan Keraton, Malioboro hingga Candi Prambanan.

Advertisement

Meskipun eksis hingga kini, kerajinan blangkon ini sudah ditinggalkan anak-anak perajin. Salah satu perajin blangkon, Mukhoirudin, 62, menuturkan anak-anaknya sudah tidak ingin meneruskan pekerjaan yang telah dilakoninya sejak 47 tahun silam.

“Ketiga anak saya tidak ingin meneruskan pekerjaan ini padahal jika dihitung penghasilan tidak jauh berbeda dengan pekerjaan mereka. Tapi mau gimana lagi, itu pilihan mereka,” kata Mukhorudin yang sering memiliki nama sapaan Udin, Senin (7/3).

Advertisement

“Ketiga anak saya tidak ingin meneruskan pekerjaan ini padahal jika dihitung penghasilan tidak jauh berbeda dengan pekerjaan mereka. Tapi mau gimana lagi, itu pilihan mereka,” kata Mukhorudin yang sering memiliki nama sapaan Udin, Senin (7/3).

Udin menjelaskan, blangkon buatannya biasa dijual di Pasar Beringharjo. Bahkan penjual di pasar itu tidak akan menolak jika ada kiriman blangkon dari Beji karena terkenal dengan kerapian produksinya. Selain minim perajin dari kalangan muda, produksi blangkon juga membutuhkan suntikan dana. Sejumlah dana itu penting bila ada pesanan dadakan.

“Kalau ada pesanan banyak, biasanya kami bagi rata dengan warga lain. Tapi karena tidak memiliki stok biasanya kami memilih menolak pesanan agar bisa setoran ke penjual Beringharjo atau yang sudah langganan,” lanjut Udin.
Harga blangkon produksi Beji tergantung bahan dan kain batik yang digunakan. Harga standar dipatok Rp25.000. Sedangkan harga di pasaran biasanya dijual dengan harga Rp35.000.

Advertisement

“Ini seperti kuliah kerja lapangan (KKL) dari pesantren saja. Namun melihat sepinya peminat kami juga tergugah untuk mengembangkan usaha perajin blangkon yang ada di sini,” ujar Burhan.

Dipesan Anggota DPR
Tenarnya blangkon buatan Mukhorudin membuat Roy Suryo yang juga anggota DPR pernah memesan. Politikus Demokrat itu memesan blangkon berbahan batik tulis bukan batik cap seperti lazim digunakan di pasaran.

“Memang ada pesanan dari Roy Suryo sekarang, tapi dia minta bahannya batik Wahyu Temurun, Winarno, Gadung Melati dan Klithik. Untuk masing-masing blangkon ini saya berikan harga Rp125.000,” ujar Udin.

Advertisement

Meskipun harganya mencapai Rp125.000, namun Udin mengaku mendapat untung yang tidak terlalu banyak. Sebab harga bahan mencapai Rp75.000, bahkan untuk batik jenis Wahyu Temurun harganya Rp125.000.

“Tapi saya sudah janji sama orang yang disuruh Roy Suryo harganya Rp125.000, jadi tidak akan saya naikkan harganya,” katanya.

Ditanya soal harapan soal masa depan blangkon, Udin hanya berharap buah karyanya menjadi sesuatu yang berharga bagi pemesan. Termasuk ia ingin banyak kegiatan di masyarakat yang menggunakan blangkon sebagai aksesori sehingga kerajinan itu terus lestari. (ali)

Advertisement

Advertisement
Kata Kunci : BEJI Blangkon SIDOARUM
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif