News
Rabu, 20 April 2016 - 11:00 WIB

BANK INDONESIA SOLO : Tekan Inflasi, BI Kembangkan Klaster Komoditas Pangan

Redaksi Solopos.com  /  Anik Sulistyawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Perwakilan BI Solo, Bandoe Widiarto (dua kanan bercaping), bersama Bupati Wonogiri, Joko Sutopo (dua dari kiri bercaping) dan Deputi Kepala Perwakilan BI Solo, Taufik Amrozy (kiri bercaping) memanen cabai di klaster cabai Ngroto, Kismantoro, Wonogiri. Klaster ini diharapkan mampu mengembangkan usaha dan kesejahteraan masyarakat serta menekan inflasi yang disebabkan harga cabai. (Asiska Riviyastuti/JIBI/Solopos)

Bank Indonesia Solo akan mengembangkan klaster komoditas pangan untuk menyejahterakan petani.

Solopos.com, WONOGIRI—Bank Indonesia (BI) terus berupaya mengembangkan klaster komoditas pangan di Soloraya. Hal ini sebagai upaya untuk menekan inflasi serta pengembangan ekonomi daerah dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Advertisement

Kepala Perwakilan BI Solo, Bandoe Widiarto, mengatakan komoditas pangan memberi sumbangan yang besar terhadap inflasi di Soloraya. Berbagai upaya dilakukan supaya Soloraya mampu memenuhi kebutuhan pangan di daerah sendiri, diantaranya adalah membentuk klaster pembudidayaan komoditas pangan.

Dia mengungkapkan saat ini ada empat klaster yang dibina BI, yakni klaster cabai di Wonogiri, padi di Sragen, pembibitan sapi dan bawang merah di Boyolali. Empat lainnya sudah passing out, yakni klaster jamur di Karanganyar, kampung batik Laweyan, minapolitan di Klaten, dan kerajinan mebel rotan di Sukoharjo.

Advertisement

Dia mengungkapkan saat ini ada empat klaster yang dibina BI, yakni klaster cabai di Wonogiri, padi di Sragen, pembibitan sapi dan bawang merah di Boyolali. Empat lainnya sudah passing out, yakni klaster jamur di Karanganyar, kampung batik Laweyan, minapolitan di Klaten, dan kerajinan mebel rotan di Sukoharjo.

“Tahun ini akan ada dua klaster yang dibentuk di Karanganyar, yakni klaster bawang putih dan klaster ayam pedaging. Awal bulan depan rencana ada penandatanganan MoU [memorandum of understanding] dengan Pemkab Karanganyar,” ungap Bandoe saat ditemui Solopos.com seusai panen raya cabai di Ngroto, Kismantoro, Wonogiri, Selasa (19/4/2016).

Dia menyampaikan MoU harus dilakukan karena pembudidayaan ini tidak akan berhasil apabila tidak ada dukungan dari pemerintah daerah (pemda). Dia menjelaskan pendampingan terhadap anggota klaster ini dilakukan dengan mengembangkan softskill (pelatihan, kunjungan, serta mendatangkan narasumber ahli di bidangnya) dan hardskill berupa pemberian bantuan peralatan.

Advertisement

Selain itu, dia mengatakan pengembangan klaster ini juga cukup efektif untuk membantu peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penyerapan tenaga kerja. Hal ini karena hasil panen meningkat sehingga semakin banyak yang tertarik untuk menanam cabai. Pihaknya juga berharap bisa memotivasi daerah lain untuk ikut mengembangkan komoditas pangan.

Sementara itu, Selasa siang, BI dan Pemda Wonogiri melakukan panen raya di klaster cabai Wonogiri sekaligus pemberian bantuan pembuatan embung dan rumah persemaian senilai Rp135 juta. Ketua Kelompok Tani Subur Makmur, Suratno, mengungkapkan klaster cabai ini memiliki luas lahan 40 hektare (ha) dari 45 anggotanya.

Menurut dia, masing-masing anggota menanam sekitar 3.000 pohon cabai dengan masing-masing pohon mampu menghasilkan cabai satu kilogram. Dia menyampaikan cabai yang ditanam hanya cabai keriting dan rawit karena dua jenis cabai tersebut yang paling laku di pasar.

Advertisement

Cabai tersebut kemudian dijual ke Karanganyar, Magetan, Jogja, dan Wonogiri. Harga cabai rawit saat ini adalah Rp20.000/kg sedangkan cabai keriting Rp10.000/kg dari petani. “Pendampingan dari BI ini sangat membantu karena hasil panen lebih banyak dan petani yang menanam juga bertambah. Pendampingan ini juga memberi dukungan moral karena merasa diperhatikan sehingga lebih semangat dalam bertani,” kata dia.

Bupati Wonogiri, Joko Sutopo, berharap dengan pembentukan klaster ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat mengingat Kismantoro termasuk daerah miskin. Bahkan permasalahan penyakit kekurangan gizi terjadi di daerah ini.

Meski begitu, dia juga berharap pengambangan tidak hanya dilakukan untuk cabai tapi juga potensi komoditas lain, seperti buah, padi, empon-empon, dan cabai jamu.

Advertisement

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif