News
Minggu, 26 Juni 2016 - 23:30 WIB

Banjir dan Longsor Sangihe Telan Kerugian Rp75 Miliar

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanah longsor (JIBI/Solopos/Antara)

Banjir dan longsor di Sangihe, Sulawesi Utara, menimbulkan kerugian hingga Rp75 miliar.

Solopos.com, MANADO — Total kerugian sarana infrastruktur akibat bencana banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi pekan lalu, di Kabupaten Kepulauan Sangihe mencapai Rp75 miliar. Gubernur Sulawesi Utara Olly Dondokambey mengatakan nilai tersebut berasal dari rusaknya fasilitas umum seperti jembatan drainase, jalan, talud tebing, talud sungai, sarana air bersih, sekolah, pasar desa, serta tempat ibadah dan rumah penduduk.

Advertisement

Banjir bandang dan tanah longsor yang terjadi pada 20 – 21 Juni lalu, menerjang Kelurahan Sawang Bendar (Kecamatan Tahuna) dan Kelurahan Kolongan Beha, Kelurahan Kolongan Akembawi, Kecamatan Tahuna Barat. Menurutnya, pemerintah akan segera memperbaiki seluruh sarana umum maupun sarana masyarakat yang rusak akibat diterjang bencana alam ini agar aktivitas mereka bisa berjalan normal.

“Nantinya Kepala BNPB akan datang ke Tahuna untuk membantu bangun kembali rumah penduduk yang rusak, juga sambil menunggu di bangunnya rumah, pemerintah telah menyiapkan bantuan sewa rumah,” katanya, akhir pekan lalu.

Pemerintah Provinsi Sulut telah menyerahkan berbagai bantuan sosial dan tanggap darurat pada masyarakat termasuk bantuan Rp500 juta untuk kebutuhan sehari-hari pengungsi dan bukan untuk sewa alat atau rehabilitasi bangunan. Kepala Dinas PU Sulut Eddy Kenap mengtakan telah menurunkan alat berat untuk membuka kembali akses jalan yang terisolir akibat bencana alam ini.

Advertisement

“Inilah yang kami utamakan saat ini, sebagai langkah tanggap darurat sehingga mobilisasi bisa tiba dengan cepat. Sementara untuk perbaikan pasca bencana, saat ini Balai Jalan sudah mengambil data mengiventarisasi jembatan, jalan, sungai dan pantai” katanya.

Pada kesempatan terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sulut Reintje Tamboto mengatakan permasalahan penanggulanggan akibat bencana ini, sulitnya alat berat masuk karena akses jalan yang kecil.

“Relawan banyak yang turun, itu sangat membantu. Masalah teknisnya, lebih pada akses jalan yang kecil, menuju titik bencana, sehingga alat berat sulit masuk,” katanya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif