News
Selasa, 22 Februari 2022 - 21:04 WIB

Bangun Jembatan Lintas Generasi, Bahasa Daerah Jadi Mulok di Sekolah

Bc  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim pada peluncuran Merdeka Belajar Episode Ketujuh Belas: Revitalisasi Bahasa Daerah secara daring, Selasa (22/2/2022). (Facebook;kemdikbud.ri)

Solopos.com, JAKARTA – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) meluncurkan Merdeka Belajar Episode Ketujuh Belas: Revitalisasi Bahasa Daerah. Hal ini karena bahasa daerah terancam punah.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim, mengungkapkan salah satu penyebab punahnya bahasa daerah adalah karena para penutur jatinya tidak lagi mewariskan Bahasa daerah ke generasi berikutnya.

Advertisement

“Indonesia memiliki sekitar 718 bahasa daerah, namun banyak yang terancam punah. Penyebabnya, para penutur jatinya tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasanya pada generasi berikutnya,” ungkap Menteri Nadiem Makarim pada kegiatan peluncuran Merdeka Belajar Episode Ketujuh Belas: Revitalisasi Bahasa Daerah secara daring, Selasa (22/2/2022).

Baca juga: 14 Perguruan Tinggi Terbaik Dunia dari Indonesia, Salah Satunya UNS

Advertisement

Baca juga: 14 Perguruan Tinggi Terbaik Dunia dari Indonesia, Salah Satunya UNS

Terkait hal ini, salah satu strateginya adalah revitalisasi bahasa daerah dengan mendorong satuan pendidikan memuat pelajaran bahasa daerah sebagai muatan lokal (mulok) di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah.

Tentu harus didukung kebijakan pemerintah daerah dari tingkat provinsi, kabupaten, serta kota yang memiliki bahasa daerah dominan agar bahasa daerah jadi muatan lokal. Seperti Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, dan Bali.

Advertisement

Untuk melindungi penutur asli bahasa daerah, Menteri Nadiem mengatakan, strategi terbaik adalah dengan memberi peluang seluas-luasnya pada semua penutur asli bahasa daerah untuk menggunakan bahasanya. Ada tiga model revitalisasi yang disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Baca juga: Tanggal Merah 28 Februari atau 1 Maret 2022? Cek Aturannya di Sini!

Revitalisasi Bahasa Daerah

Pertama, bahasa daerah yang daya hidup bahasanya masih aman, pewarisan lewat pembelajaran di sekolah. Bagi bahasa daerah yang daya hidupnya rentan, walau jumlah penuturnya relatif banyak, model kedua, yakni fokus bukan hanya ke sekolah tapi juga komunitas-komunitas.

Advertisement

Model ketiga, lanjut Menteri Nadiem, di mana daya hidup bahasa daerah kategori ini mengalami kemunduran, terancam punah, dan kritis, Kemendikbudristek akan berfokus pada komunitas, masyarakat, dan melibatkan komunitas tutur, keluarga-keluarga, forum-forum, dan tempat-tempat ibadah yang dapat dimasukkan pembelajaran bahasa daerah.

“Mengapa bahasa daerah yang berkategori aman juga masuk revitalisasi? Karena kita tidak ada jaminan bahwa bahasa akan aman selama-lamanya. Bahkan, jumlah penuturnya selalu berkurang. Karena itulah pada 2022, kami menargetkan 38 bahasa sebagai obyek revitalisasi. Harapannya, penuturnya akan bertambah,” lanjut Menteri Nadiem.

Terkait penyelarasan Bahasa Ibu dan Bahasa Indonesia, diakui Menteri Nadiem bahwa keduanya tidak berlawanan. “Justru keduanya saling melengkapi dengan fungsi masing-masing. Bahasa daerah merupakan ekspresi identitas seseorang, sementara Bahasa Idonesia adalah pengikat rasa nasionalisme,” katanya.

Advertisement
Peluncuran Merdeka Belajar Episode Ketujuh Belas: Revitalisasi Bahasa Daerah secara daring, Selasa (22/2/2022). (Facebook;kemdikbud.ri)

Baca juga: Begini Cara Mendapatkan Akun Pembelajaran di Belajar.id

Pelaksana Tugas (Plt.) Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, menjelaskan upaya Pemda Sulawesi Selatan melestarikan bahasa daerah. Yakni dengan menjadikan bahasa daerah sebagai mata pelajaran wajib di jenjang sekolah dasar dan sekolah menengah lewat peraturan gubernur.

Sementara itu, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengungkapkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat terus berkolaborasi mendukung revitalisasi bahasa daerah. “Kami berkomitmen melestarikan corak keragaman yang indah dan memajukan Jabar Juara menjadi Indonesia Juara,” tutur Ridwan.

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo mengungkapkan, beragamnya bahasa daerah adalah bukti Indonesia negara yang besar. “Kesadaran ini perlu kita rawat dan lestarikan sekaligus sebagai benteng iling-iling, agar kita tak lupa dari mana kita berasal. Jangan sampai kita kehilangan warisan kebudayaan yang berharga ini,” ucap Ganjar.

Pendidik masyarakat adat dan aktivis sosial Butet Manurung mengakui bahwa bahasa adalah inti kebudayaan, karena informasi dalam kebudayaan tidak bisa disampaikan dari generasi ke generasi dengan utuh jika tidak menggunakan bahasa daerah. “Hilangnya bahasa daerah artinya hilangnya kepercayaan diri, identitas, dan kebanggaan diri, hilang juga pengetahuan tentang obat tradisional, menjaga lingkungan, dan berdoa kepada Tuhan,” ucap Butet.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif