News
Sabtu, 28 Desember 2019 - 16:00 WIB

Bandingkan Tiket Pesawat dengan Tarif Ojol, Bos Garuda Indonesia Dikecam

Nugroho Meidinata  /  Newswire  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (garudaindonesia.co.uk)

Solopos.com, JAKARTA -- Pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama Garuda Indonesia, Fuad Rizal, membandingkan harga tiket pesawat dengan tarif ojek online (ojol) yang berlaku di Indonesia.

Menurutnya, dilihat dari regulasi tarif batas atas (TBA) pesawat dengan full service carrier (FSC) rata-rata per kilometer sebesar Rp2.500 per penumpang. Sementara itu, untuk TBA ojol dikenakan tarif Rp2.600 per kilometer per penumpang.

Advertisement

"Kalau dibandingin tarif ojek online sudah Rp2.600. Kemudian untuk taksi sudah Rp6.500 [per kilometer per penumpang]. Jadi biar mengerti semua, memang secara industri tarif penerbangan di Indonesia sangat murah," ujar Fuad yang dikutip Solopos.com dari Detik.comSabtu (28/12/2019).

Dan skema tersebut menjadi alasan Garuda Indonesia untuk menentukan harga tarif tiketnya di level paling atas ketentuan TBA.

Sontak, hal ini membuat geger di media sosial. Beberapa netizen di linimasa Twitter aktif membicarakan pernyataan Fuad Rizal tersebut. Netizen pengguna akun Twitter @lelakimusaja mengatakan ojol dengan pesawat adalah dua hal yang berbeda dari sisi jumlah penumpang.

Advertisement

"Masa mau disamain ama yg narik 1 penumpang ama yg 100san skali jalan. Blom lg cargo nya. Ini PLt rada2 s***** jg buat perbandingan...epel tu epel donk..bandinginnya ama maskapai jg. Masa ama ojol," ungkap @lelakimusaja.

Bahkan, netizen pengguna akun Twitter @tiyuz17 menyayangkan pernyataan tersebut muncul dari seorang Plt Dirut Garuda. "Berarti tiket pesawat jauh lebih murah dari tarif opang (ojek pangkalan) dong .. wkwkwk. sekelas PLT dirut ... ngomong nya gk berbobot sekali."

Beda lagi dengan netizen pengguna akun Twitter @jeffryxu2 yang berpendapat Fuad Rizal lebih cocok jadi Plt Dirut Ojol.

Advertisement

"Cocoknya jadi plt ojol aja pak, bandingkan kok nggak apple to apple. Direktur kok bisa mundur pemikirannya bukannya semakin maju."

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif