SOLOPOS.COM - Sidang Abu Bakar Baasyir (JIBI/Solopos/Dok)
SOLO — Abdurahim, salah satu putera pimpinan Pondok Pesantren (Ponpes) Ngruki, Abu Bakar Ba’asyir mengaku telah mendengar kabar bahwa ayahnya kini telah dipindah ke penjara di Nusakambangan, Jumat (5/10/2012) malam sekitar pukul 21.45 WIB.
Pemindahan itu, dinilai Abdurahim sebagai upaya polisi untuk mempersulit akses ayahnya kepada umat Islam. Sebab, kata dia, selama ini banyak umat Islam dari berbagai daerah di
Nusantara yang selalu membesuk dan memberi dukungan kepada Ba’asyir di
dalam tahanan.
“Saya menilai, ini upaya polisi untuk mempersulit akses komunikasi ayah kepada umat Islam,” kata Abdurahim kepada Solopos.com, Sabtu (6/10/2012).
Abdurahim mengaku kecewa atas sikap aparat polisi yang telah memindahkan ayahnya ke Nusamkambangan. Pemindahan itu, kata dia, seolah tak memperhatikan sama sekali aspek perikemanuisaan pada diri ayahnya.
“Ayah saya itu sudah 75 tahun. Kok, ya tega-teganya memindah ayah ke Nusakambangan malam-malam,” paparnya.
Meski demikian, Abdurahim mengaku tetap menghargai wewenang aparat penegak hukum itu. Ia memastikan, pemindahan ayahnya ke Nusakambangan akan menuai reaksi keras dari kaum muslimin yang masih takzim kepada ayahnya.
“Akan sangat banyak umat Islam kecewa dengan sikap aparat polisi itu,” paparnya.
Keluarga Ba’asyir sendiri hingga kini belum memikirkan langkah apa yang akan diambil terkait pemindahan tahanan itu. Yang jelas, sambung Abdurahim, pemindahan tahanan ayahnya itu tak hanya mempersulit keluarganya dalam berkomunikasi dengan ayahnya. Melainkan, juga
mempersulit umat Islam lainnya yang ingin bertemu langsung.
“Ini jelas disengaja aparat. Sebab, selama di tahanan sebelumnya, umat Islam sangat leluasa bertemu dengan ayah,” terangnya.
