News
Sabtu, 19 Juni 2021 - 13:25 WIB

Awalnya Muncul di India, Covid-19 Varian Delta Mendominasi Dunia

Newswire  /  Rohmah Ermawati  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ada sejumlah fakta varian Delta. (Ilustrasi/Freepik)

Solopos.com, JAKARTA -- Kepala ilmuwan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Soumya Swaminathan, pada Jumat (18/6/2021), menyatakan varian Covid-19 Delta, yang awalnya muncul di India, menjadi varian dominan secara global.

Swaminathan juga menyuarakan kekecewaan atas kegagalan calon vaksin CureVac dalam uji coba untuk memenuhi standar kemanjuran WHO, terlebih saat varian yang sangat menular meningkatkan kebutuhan vaksin baru dan ampuh.

Advertisement

Untuk diketahui, Inggris melaporkan lonjakan tajam infeksi varian Delta, sementara pejabat senior kesehatan masyarakat Jerman memprediksikan varian Delta akan dengan cepat menjadi varian dominan di sana meski tingkat vaksinasi Covid-19 tinggi.

Baca juga: Vaksin Covid-19 AstraZeneca 92% Efektif Lawan Varian Delta

Advertisement

Baca juga: Vaksin Covid-19 AstraZeneca 92% Efektif Lawan Varian Delta

Sementara itu, Pemerintah Rusia menyalahkan lonjakan kasus Covid-19 pada keraguan vaksinasi dan "nihilisme" setelah rekor infeksi baru di Moskow, kebanyakan varian Delta baru, mengipasi kekhawatiran gelombang ketiga.

"Varian Delta sedang dalam perjalanan menuju varian dominan secara global sebab penularannya yang sangat tinggi," kata Swaminathan saat konferensi pers seperti dilansir Antara.

Advertisement

Baca juga: Meski Pakai Masker, Tetap Perhatikan Perawatan Bibir Agar Tidak Kering

Perusahaan mengatakan telah mencatat sedikitnya 13 varian yang beredar dalam studi populasi mereka. Mengingat bahwa vaksin mRNA serupa dari Pfizer-BioNTech dan Moderna mencatat tingkat kemanjuran di atas 90 persen, Swaminathan mengatakan dunia berharap lebih pada calon vaksin CureVac.

"Hanya karena ini mRNA yang lain, kami tidak dapat menganggap bahwa semua vaksin mRNA sama, sebab masing-masing mempunyai teknologi yang sedikit berbeda," katanya.

Advertisement

Dia menambahkan, bahwa kegagalan yang mengejutkan tersebut menggarisbawahi nilai uji klinis yang kuat untuk menguji produk baru. Para pejabat WHO mengatakan Afrika masih menjadi kawasan yang membutuhkan perhatian, meski hanya menyumbang sekitar lima persen infeksi baru dan dua persen kematian secara global.

Baca juga: Miris! Kematian Anak Akibat Corona di RI Terbanyak di Dunia

Kasus baru di Namibia, Sierra Leone, Liberia, dan Rwanda naik dua kali lipat pekan lalu, menurut kepala program kedaruratan WHO, Mike Ryan, pada saat akses vaksin Covid-19 masih sangat minim.

Advertisement

"Ini salah satu lintasan yang sangat, sangat memprihatinkan," kata Ryan. "Kenyataan yang sadis adalah bahwa di era berbagai varian, dengan tingkat penularan yang tinggi, kita membiarkan sebagian besar populasi, penduduk Afrika yang rentan, tak terlindungi oleh vaksin."

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif