News
Jumat, 5 Mei 2023 - 13:42 WIB

Asesmen ABK Solo, Kajian Ilmiah Kurangi Stigma dan Pilih Sekolah Tepat

Dhima Wahyu Sejati  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Salah satu warga memeriksa situs informasi PPDB melalui ajungan sididik di Disdik Kota Solo, Jumat (5/5/2023).(Solopos.com/Dhima Wahyu Sejati)

Solopos.com, SOLO—Sebelum melakukan proses Pendaftaran Peserta Didik Baru (PPDB), Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Solo melakukan assessment terhadap siswa dengan kategori anak berkebutuhan khusus (ABK).

Assessment yang dilaksanakan Kamis (11/5/2023) sampai Rabu (30/5/2023) bertujuan mengetahui bakat dan potensi siswa ABK sehingga mendapatkan tempat yang tepat. Selain itu agar hak anak mendapat pendidikan yang sesuai terpenuhi.

Advertisement

Kepala Bidang SMP Disdik Solo, Abi Satoto, memastikan calon siswa ABK harus mendapat sekolah yang tepat ketika mendaftar sekolah. “Nanti assessment akan dilakukan di UPT [Unit Pelaksana Teknis] kita, yakni PLDPI [Pusat Layanan Disabilitas dan Pendidikan Inklusi],” kata dia kepada Solopos.com, Jumat (5/5/2023).

Dia menyebut perlu adanya pemetaan calon peserta didik berkategori ABK agar mendapatkan pelayanan yang maksimal. “Jadi assement itu untuk menunjukan bahwa ABK itu kategorinya apa, apakah dia bisa dilayani di sekolah inklusi atau sekolah umum, atau harus di SLB [Sekolah Luar Biasa],” lanjut dia.

Menurut dia, jika terdapat ABK yang harus mendapat pelayanan khusus tidak bisa dimasukan di sekolah inklusi atau sekolah umum. Hal ini lantaran di sekolah inklusi, guru pendamping terbatas dibandingkan dengan SLB.

Advertisement

Meski begitu, dia menekankan untuk tahun ini, agar semua sekolah negeri atau swasta bisa menerima siswa ABK lebih banyak. Terlebih jika di daerah zonasi tersebut terdapat jumlah ABK yang banyak.

“Karena kalau tidak, akan difasilitasi ke mana. [Padahal] kurikulum yang sekarang ini arahnya kan diferensiasi, tuntutannya memang begitu,” tutur dia. 

Abi menekankan agar tidak salah dalam melayani ABK. Namun, menurutnya yang menjadi tantangan terberat adalah orang tua. Stigma ABK yang bersekolah di SLB masih buruk, sehingga persepsi orang tua ikut terpengaruh.

Advertisement

“Yang berat itu image orang tua, bahwa anaknya tidak mau disekolahkan di SLB, nanti dikira seperti apa. Tapi kan data ilmiahnya ada di assesment itu, sehingga kita tidak boleh memaksakan. Misal ada anak di sekolah biasa [umum] tidak bisa dilayani. Maka harus ke sekolah khusus,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif