News
Kamis, 24 Februari 2022 - 17:10 WIB

Asal Usul Watu Celek Berbentuk Mr P di Dekat Makam Datuk Pardun Cirebon

Latif Ghufron Aula  /  Sri Sumi Handayani  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Watu celek Cirebon. (Cirebonkota.go.id)

Solopos.com, SOLO — Kota Cirebon memiliki situs yang bentuknya terbilang unik, yakni batu lingga atau orang setempat menyebutnya Watu Celek.

Watu Celek ini berada di samping makam Datuk Pardun. Situs ini dinamai Watu Celek karena watu atau batu tersebut menyerupai celek atau alat kelamin laki-laki yang sudah disunat. Dikutip dari laman Pemerintah Kota Cirebon, cirebonkota.go.id, Kamis (24/2/2022), Situs Watu Celek ini berada di kawasan pedagang kaki lima (PKL) Jl. Siliwangi, tepatnya di depan Pasar Kramat, Kota Cirebon.

Advertisement

Konon, karena bentuk yang unik, banyak orang melihat batu tersebut sekaligus berziarah ke makam Datuk Pardun. Wisatawan yang datang berasal dari berbagai daerah, seperti Majalengka, Kuningan, hingga Bandung.

Baca Juga: Gua Sentono, Gua Buatan dari Batu Alam di Blora

Dikutip dari Historyofcirebon.id, asal usul Watu Celek dibuat oleh seorang seniman Cirebon berdarah keraton, Aria Wira Celek. Namun, Watu Celek tidak lantas diletakkan begitu saja di samping makam Datuk Pardun. Watu Celek diletakkan di lokasi tersebut setelah beberapa ratus tahun meninggalnya Datuk Pardun.

Advertisement

Watu Celek diletakkan di samping makam Datuk Pardun bukan tanpa alasan. Peletakan Watu Celek di samping makam Datuk Pardun sebagai bentuk sindiran kepada sosok Datuk Pardun. Ia dikenal sebagai orang yang bernafsu melakukan pembangkangan terhadap Kesultanan Cirebon.  Pendapat lain menyebutkan bahwa batu kelamin laki-laki itu diletakkan di samping makam Datuk Pardun sebagai wujud ekspresi seni.

Baca Juga: Api Mrapen Grobogan, Api Abadi yang Muncul dari Tongkat Sunan Kalijaga

Sejarah Cirebon menyebutkan Datuk Pardun merupakan anak Syekh Siti Jenar. Tetapi, dalam Naskah Mertasinga dijelaskan Datuk Pardun merupakan murid Syekh Siti Jenar, ulama yang memiliki konsep Manunggaling kawulo Gusti. Diceritakan bahwa Datuk Pardun marah dan membangkang kepada Kesultanan Cirebon karena dendam. Kesultanan Cirebon membunuh gurunya itu karena dianggap membawa ajaran sesat.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif