Solopos.com, WASHINGTON – Sejumlah pejabat tinggi di Amerika Serikat (AS) menuding China telah melakukan serangan siber besar-besaran. China dituding telah mengerahkan hacker atau peretas untuk mendapatkan informasi mengenai vaksin virus corona yang tengah dikembangkan perusahaan farmasi AS.
Kritik Pelonggaran PSBB, Wabup Sragen: Kebijakan Pusat Tidak Konsisten!
Dilansir VOAIndonesia, para pejabat AS ini mengatakan telah lama menahan diri untuk tidak mengungkap bakal terjadi lonjakan serangan siber selama wabah virus corona. Namun, belakangan serangan semakin menjadi-jadi dan membahayakan keselamatan.
FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) secara terbuka menuduh China berupaya mencuri penelitian di AS yang terkait dengan vaksin, perawatan, dan uji virus corona.
FBI dan Departemen Keamanan Dalam Negeri (DHS) secara terbuka menuduh China berupaya mencuri penelitian di AS yang terkait dengan vaksin, perawatan, dan uji virus corona.
Tab Bradshaw, CEO Redpoint Cybersecurity dan anggota kelompok kerja berbagi informasi canggih Departemen Keamanan Dalam Negeri, mengonfirmasi peringatan yang direncanakan itu dalam sebuah wawancara, Senin (11/5/2020).
Usia 45 Tahun ke Bawah Boleh Bekerja Saat Pandemi, Pemerintah Maunya Apa?
FBI tidak berkomentar. DHS tidak menanggapi permintaan untuk berkomentar. AS telah lama mencap China bersama Rusia, Korea Utara, dan Iran sebagai sumber utama serangan siber dan menuduh Beijing mencuri kekayaan intelektual AS agar unggul bersaing dengan AS.
“Berita tahu saya, apa lagi yang baru dengan China?” kata Donald Trump saat konferensi pers Gedung Putih. Saat itu Trump ditanya tentang laporan dugaan pencurian China atas penelitian vaksin.
90 Pedagang dan Kuli Panggul di 2 Pasar Sragen Jalani Rapid Test, Ini Hasilnya
Namun, secara terbuka menuduh China berusaha mencuri penelitian eksklusif yang terkait dengan vaksin Covid-19 kemungkinan akan memperburuk ketegangan antara Beijing dan Washington. Hal ini terutama lantaran pemerintahan Trump terus menyalahkan China sebagai asal pandemi dan atas kegagalannya bertindak cukup cepat untuk memperingatkan negara lain dan mencegah penyebaran virus corona.
Peringatan FBI-DHS disampaikan menyusul peringatan bersama yang dikeluarkan minggu lalu oleh pejabat siber AS dan Inggris.
Cybersecurity and Infrastructure Security Agency (CISA) AS dan National Cyber Security Centre Inggris mengatakan sedang menyelidiki sejumlah insiden. Termasuk insiden yang melibatkan perusahaan farmasi, organisasi penelitian medis, dan sejumlah universitas.