News
Jumat, 23 November 2012 - 23:15 WIB

Anggota DPRD Jateng: Wacana Daerah Istimewa Surakarta Jangan Emosional

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Foto: Dokumentasi)

Ilustrasi Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat (Foto: Dokumentasi)

SEMARANG–Anggota DPRD Jateng, Hadi Santoso menyatakan wacana pembentukan Daerah Istimewa Surakarta (DIS) jangan berdasarkan emosional.

Advertisement

Namun, sebelumnya perlu dilakukan pengkajian secara menyeluruh, terutama menyangkut historis keberadaan Surakarta. ”Kalau perlu dibentuk tim pengkaji DIS beranggotakan sejahrawan dan lintas dispilin ilmu lainnya, supaya mendapatkan hasil komprehensip, menyeluruh,” ungkapnya ketika dihubungi Solopos.com di Semarang, Jumat (23/11/2012) malam.

Mengenai sikap Dewan sendiri, Hadi, menyatakan bukan dalam kapasitas setuju atau tidak setuju, tapi perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu.

Sebab untuk menetapkan suatu daerah, menjadi daerah istimewa merupakan kewenangan dari pemerintah pusat setelah melalui pelbagai pertimbangan.

Advertisement

Pertimbangannya, lanjut anggota Dewan asal Wonogiri ini, antara lain bisa berdasarkan aspek penghargaan historis, seperti Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang pernah menjadi Ibukota Indonesia.

”Pembentukan DIS selain dari aspek historis, juga terpenting nantinya bisa membawa kesejahteraan masyarakat Surakarta,” pungkas anggota Dewan dari PKS.

Sebelumnya, Gubernur Jateng, Bibit Waluyo, mengatakan wacana pembentukan Daerah Istimewa Surakarta (DIS) yang ingin digulirkan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat hanya wacana untuk mencari berita. Wacana tersebut tak perlu diteruskan.

Advertisement

“Itu hanya mencari berita saja,” katanya ketika ditemui wartawan sepulang dari Jakarta di Bandara Internasional A Yani, Semarang, Jumat (23/11/2012) sore.

Menurut gubernur, wacana DIS hanya membuat resah masyarakat, sebab untuk mendirikan DIS tidak mudah, sangat berat. Sebab untuk menghidupi sebuah lembaga, lanjut ia, tidak mudah, membutuhkan dana sangat luar bisa besar misalnya guna membayar gaji, memelihara gedung, kendaraan, dan lainnya.

“Kui duit seko ngendi [Itu uang dari mana]. Mengko duet entek [nanti uangnya habis]. Yang sudah ada saja ini diefektifkan,” tandas mantan pangdam IV/Diponegoro ini.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif