News
Jumat, 24 Agustus 2018 - 18:40 WIB

Anak-Anak Swedia Terjangkit Sindrom Hilang Jiwa

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p lang="zxx"><b>Solopos.com, </b><b>STOCKHOLM</b><b> &ndash;</b> Selama hampir dua dekade masyarakat Swedia berjuang melawan penyakit misterius bernama <i>resignation syndrome. </i><span>Penyakit ini hanya melanda anak-anak yang tinggal di daerah tersebut. Sindrom tersebut menjangkiti anak-anak Swedia sejak 1990-an. </span></p><p lang="zxx"><span>Dilansir </span><i>Oddity Central, </i><span>Jumat (24/8/2018), </span><i>resignation syndrome </i><span>kali pertama muncul pada akhir tahun 1990-an. Jumlahnya bertambah pesat sekitar tahun 2003-2005. Kala itu, ada sekitar 400 laporan tentang kasus tersebut. Anak-anak yang menderita penyakit ini mengalami <a href="http://news.solopos.com/read/20180824/497/935850/warga-venezuela-makan-daging-busuk-sampai-jadi-psk-demi-bertahan-hidup">koma</a>, mereka tidak makan, berbicara, maupun membuka mata. </span><span>Jiwa mereka seolah lenyap entah ke mana. </span></p><p lang="zxx"><span>Pnderita </span><i>resignation syndrome </i><span>seringkali tidur selama bertahun-tahun. Kondisi tersebut menunjukkan mereka seolah mengalami kecelakaan atau menderita penyakit saraf tertentu. Mereka seolah kehilangan harapan <a href="http://news.solopos.com/read/20180822/497/935532/iran-ancam-serang-israel">hidup</a> karena hanya berbaring di ranjang selama bertahun-tahun. Di Swedia, penyakit ini seringkali disebut dengan istilah </span><i>uppgivenhetssyndrom. </i></p><p lang="zxx">Seorang dokter yang menjadi sukarelawan yang menangani <i>resignation syndrome, </i>Elisabeth Hultcrantz, mengatakan, penderita penyakit tersebut tidak memiliki masalah tekanan darah. Mereka juga dinyatakan sehat secara fisik. Namun, kemampuan mereka untuk berjalan dan berbicara seperti menghilang.</p><p lang="zxx">Pada awalnya, sempat diasumsikan bahwa <i>resignation syndrome </i>merupakan <a href="http://news.solopos.com/read/20180821/497/935366/warga-gaza-beli-hewan-kurban-dengan-mencicil-dan-patungan">trauma</a> yang menyerang anak-anak pengungsi. Mereka berada di sana bersama keluarganya untuk mencari suaka di Swedia. Namun, pendapat ini tidak cukup kuat karena ada sejumlah pengungsi yang tidak terjangkit sindrom tersebut. Bahkan, ada sejumlah penderita yang tidak punya masa lalu buruk.</p>

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif