News
Sabtu, 27 Oktober 2018 - 05:30 WIB

Alissa Wahid: Tidak Ada Bendera Tauhid, Itu Bendera HTI

Redaksi Solopos.com  /  Adib Muttaqin Asfar  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JOGJA — Putri pertama Presiden Ketiga RI Abdurrahman Wahid (Gus Dur) Alissa Qotrunnada Munawaroh Wahid atau Alissa Wahid mengatakan bendera yang dibakar anggota Banser NU di Garut adalah bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Hal itu bisa ditelusuri dari jejak digital kelompok tersebut dalam berbagai aksi.

Meski begitu, dia menyerahkan sepenuhnya kasus tersebut kepada aparat penegak hukum. “Biarkan proses penyelidikannya berlangsung untuk mendapatkan gambaran kasusnya lebih konfrehensif karena ini Indonesia dan ini tahun politik. Saatnya polisi mengikuti hukum, pidana ada aturannya. Jangan terlalu terbawa akses politik,” katanya kepada wartawan di Jogja, Jumat (26/10/2018).

Advertisement

Alissa sendiri menegaskan bendera yang dibakar adalah bendera organisasi terlarang HTI. Walaupun HTI membantah itu bukan bendera HTI, namun Alissa mengatakan jika jejak digital di era teknologi saat ini tidak bisa dibantah.

“Tidak ada bendera tauhid. Itu bendera HTI. Coba lihat foto setiap aksi HTI. Coba cek di kantor HTI. [meski organisasi terlarang] Kenapa HTI masih ada gerakannya?” katanya.

Terkait pembatalan Apel Kebangsaan 100.000 Banser di Stadion Maguwoharjo Sleman pada Jumat ini, Sekjen GP Ansor Abdul Rochman mengatakan hal itu diputuskan pada Rabu lalu. Hal itu dilakukan untuk menghindari potensi bentrok anggota Banser dengan kelompok masyarakat.

Advertisement

“Ini demi menjaga kondusifitas dan menghindari adanya provokasi. Apalagi terjadi pertumpahan darah. Sebagai gantinya, anggota Banser diminta melakukan aktivitas seperti biasa,” katanya.

Rochman mengakui, gagalnya apel kebangsaan Banser tersebut merupakan buntut dari kasus pembakaran bendera HTI di Garut. Kasus pembakaran tersebut hanya terjadi di satu titik. Padahal di sisi lain, banyak bendera HTI yang tidak dibakar.

“Penyebaran bendera HTI ini polanya masif. Di Garut saja ada lima tempat. Belum di daerah lain, Subang, Cianjur bahkan Semarang dan Kalimantan Selatan. Dugaan kami, ini sudah direncanakan secara sistematis,” katanya.

Advertisement

Munculnya kemarahan masyarakat atas pembakaran bendera HTI tersebut, kata Rochman, karena masyarakat banyak yang tidak memahaminya. Masyarakat hanya mengetahui adanya kalimat tauhid tetapi tidak merasa kalau sedang dimanipulasi dan dimainkan opininya.

“Bahwa yang terjadi Banser membakar bendera tauhid. Padahal bendera itu bendera HTI. Dan itu [di persidangan] diakui oleh HTI,” katanya.

Advertisement
Kata Kunci :
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif