News
Senin, 12 November 2012 - 09:14 WIB

AKSI SWEEPING: Keponakan Jadi Korban, Mbah Nanik Kaget Lalu Meninggal Dunia

Redaksi Solopos.com  /  R. Bambang Aris Sasangka  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Warga Kampung/Kelurahan Sangkrah RT 002/RW 008, Pasar Kliwon, Solo, berkumpul di depan sebuah rumah warga berbelasungkawa atas kematian Mugi Widiyatni atau Nanik, Minggu (11/11/2012) pukul 10.00 WIB.
Advertisement

Perempuan berusia 63 tahun itu meninggal dunia satu jam sebelumnya. Bendera kertas berwarna merah pertanda duka terpasang di tepi jalan kampung. Alunan ayat-ayat suci Alquran dari sound system yang menggema semakin menekankan suasana duka.

Warga datang silih berganti ke rumah duka. Sebagian warga tampak mendirikan kajang atau atap dari anyaman daun kelapa. Suara obrolan sejumlah warga lelaki tentang latar belakang kematian Mbah Nanik lirih terdengar. Informasi yang diperoleh Solopos.com dari warga, Mugi meninggal dunia lantaran penyakit stroke yang dideritanya kambuh seusai mengetahui kondisi keponakannya, Bahtiar, 28, terluka parah di bagian kepala. Bahtiar merupakan korban penganiayaan oleh kelompok tak dikenal Minggu dini hari pukul 00.30 WIB.

Solopos.com pun mendekat ke warga yang tengah memperbincangkan kejadian yang menimpa Bahtiar dan Nanik, budenya itu. Widodo, 53, warga Sangkrah RT 001/RW 008, bersama beberapa warga lainnya kepada Espos mengungkapkan, aksi sweeping di sebuah jalan sebelah timur Sungai Jenes tak jauh dari rumah duka yang mengakibatkan Bahtiar terluka berdampak buruk bagi kesehatan Nanik.

Advertisement

Diceritakannya, Nanik yang saat itu baru beberapa hari pulang dari perawatan di rumah sakit mendengar kabar Bahtiar menjadi korban penganiayaan. Ia pun keluar rumah berusaha melihat kejadian sebenarnya di lokasi kejadian. Saat itulah Nanik mengetahui Bahtiar terluka cukup parah di bagian pelipis mata kanan. Nanik kaget bukan main saat melihat muka Bahtiar berlumuran darah.

“Sebenarnya kondisi Ibu Nanik sudah semakin baik setelah dirawat di rumah sakit. Tapi, setelah tahu Bahtiar menjadi korban sweeping kesehatannya langsung ngedrop. Penyakitnya kambuh lagi, hingga akhirnya meninggal dunia. Bahtiar itu sangat dekat dengan Ibu Nanik,” urai Widodo.

Warga lain, Rusmanto, mengatakan hal senada. Ia menyesalkan aksi sweeping yang telah mengakibatkan tiga dari lima warga Sangkrah terluka. Diakuinya, warga yang di-sweeping itu menggelar pesta minuman keras (miras). Tetapi, lanjutnya, bukan berarti membubarkan pesta miras dengan cara kekerasan dibenarkan.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif