News
Rabu, 16 Juni 2010 - 09:21 WIB

Akhirnya, Inggris minta maaf atas tragedi 'Bloody Sunday'

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

London–Perdana Menteri Inggris David Cameron meminta maaf kepada keluarga korban atas tragedi Bloody Sunday. Cameron menyebut tragedi yang menjadi peristiwa terkelam dalam sejarah Irlandia Utara ini sebagai peristiwa yang tidak bisa dibenarkan.

Tragedi Bloody Sunday adalah bentrokan tragis antara tentara Inggris dengan warga sipil di Londonderry, Irlandia Utara pada tahun 1972 silam. Tentara Inggris menembaki peserta kampanye hak-hak sipil pada saat itu. Bentrokan ini berujung pada penembakan 13 warga sipil oleh tentara Inggris.

Advertisement

“Tidak diragukan lagi, apa yang terjadi dalam Bloody Sunday adalah sebuah tindakan yang tidak tepat dan tidak bisa dibenarkan. Itu salah,” ujar Cameron di hadapan parlemen di London, seperti dilansir AFP, Selasa (15/6).

Cameron juga mengatakan, tidak ada korban yang bersenjata dan tentara Inggris tidak memberikan peringatan sebelum melepaskan tembakan pada saat itu. Pernyataan Cameron ini telah dinanti selama 38 tahun dan memberikan sukacita tersendiri bagi keluarga korban yang menunggu datangnya keadilan.

“Beberapa anggota pasukan bersenjata kita bertindak salah. Pemerintah bertanggungjawab atas setiap tindakan yang dilakukan angkatan bersenjata tersebut. Dan untuk itu, atas nama pemerintah, dan tentu saja atas nama negara kita, saya sangat menyesal,” tuturnya.

Advertisement

Permintaan maaf Cameron ini disambut tepuk tangan dari orang tua korban dan ribuan pendukung yang mendengarkan dia dari layar raksasa di kota Londonderry, dimana peristiwa penembakan itu terjadi.

Pembunuhan oleh militer Inggris ini menjadi salah satu insiden paling kontroversial dalam sejarah Irlandia Utara. Hasil penyelidikan atas insiden ini dikuatirkan akan membuka kembali luka para korban maupun keluarganya.

Penyelidikan yang dipimpin langsung oleh hakim senior Mark Saville pada tahun 1972 segera setelah pembunuhan terjadi, dicap hanya untuk menutup-nutupi kesalahan. Pada tahun 1998, mantan Perdana Menteri Tony Blair mencetuskan perjanjian damai dengan keluarga korban tragedi ini. Sayangnya, beberapa keluarga korban masih menyimpan dendam.

Advertisement

Penyelidikan kembali atas insiden ini berlangsung selama 12 tahun dan tercatat menelan biaya lebih dari 190 juta poundsterling. Hasil penyelidikan ini menyebutkan, tidak satu pun korban dalam posisi mengancam sehingga harus dilakukan penembakan yang berakibat pada kematian dan cedera serius.

Penyelidikan ini mendengar lebih dari 900 saksi dan menerima laporan dari sekitar 2.500 orang. Laporannya terdiri atas 20-30 juta kata. Penyelidikan ini pun menjadi penyelidikan publik termahal dalam sejarah Inggris.

dtc/rif

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif