News
Rabu, 8 Desember 2021 - 13:14 WIB

Ahli ITB Jelaskan Penyebab Gunung Semeru Erupsi

Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Luncuran awan panas Gunung Semeru terlihat dari desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Selasa (7/12/2021). (Antara/Ari Bowo Sucipto)

Solopos.com, LUMAJANG — Gunung Semeru yang berada di wilayah Kabupaten Lumajang dan Malang, Jawa Timur, mengalami erupsi sejak Sabtu (4/12/2021). Sampai hari ini, Rabu (8/12/2021), sekitar pukul 00.01 WIB, gunung tertinggi di Pulau Jawa itu masih mengalami erupsi.

Berdasarkan laporan dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas vulkanik Gunung Semeru belum stabil. Erupsi susulan pada Rabu dini hari tadi teramatai dengan kolom abu setinggi 500 meter di atas puncak berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah utara.

Advertisement

Meskipun demikian, status Gunung Semeru berada di level II Waspada. Lantas, apa yang menyebabkan gunung tertinggi di Pulau Jawa ini mengalami erupsi?

Baca juga: Bertambah, Korban Meninggal 35 Orang Akibat Erupsi Gunung Semeru

Advertisement

Baca juga: Bertambah, Korban Meninggal 35 Orang Akibat Erupsi Gunung Semeru

Ahli Vulkanologi Institut Teknologi Bandung Dr.Eng. Mirzam Abdurrachman, S.T., M.T., mengatakan, erupsi yang terjadi pada Sabtu sore itu terkesan mendadak karena warga tidak merasakan gempa. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya material yang berada di dalam dapur magma.

Selain itu material aliran lahar yang terjadi di Gunung Semeru merupakan akumulasi dari letusan sebelumnya yang menutupi kawah gunung tersebut. “Terkikisnya material abu vulkanik yang berada di tudung gunung tersebut membuat beban yang menutup Semeru hilang sehingga membuat gunung mengalami erupsi,” katanya, Minggu (5/12/2021), seperti dikutip Solopos.com dari situs itb.ac.id.

Advertisement

Dia menambahkan letusan bisa terjadi di Gunung Semeru karena disebabkan tiga hal. Pertama karena volume di dapur magmanya sudah penuh, kedua karena ada longsoran di dapur magma yang disebabkan terjadinya pengkristalan magma, dan yang ketiga di atas dapur magma.

“Faktor yang ketiga ini sepertinya yang terjadi di Semeru, jadi ketika curah hujannya cukup tinggi, abu vulkanik yang menahan di puncaknya baik dari akumulasi letusan sebelumnya, terkikis oleh air, sehingga gunung api kehilangan beban. Sehingga meskipun isi dapur magmanya sedikit yang bisa dilihat dari aktivitas kegempaan yang sedikit (hanya bisa diditeksi oleh alat namun tidak dirasakan oleh orang yang tinggal di sekitarnya), Semeru tetap bisa erupsi,” jelasnya.

Baca juga: 5 Tempat Angker di Gunung Semeru, Penuh Misteri Lur

Advertisement

Penyebab Gunung Semeru Meletus 

Dosen pada Kelompok Keahlian Petrologi, Vulkanologi, dan Geokimia, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITB) itu mengatakan, Gunung Semeru merupakan salah satu gunung api aktif tipe A. Berdasarkan data dan pengamatan yang dilakukan, Dr. Mirzam berkesimpulan bahwa Gunung Semeru memiliki interval letusan jangka pendeknya 1-2 tahun. Terakhir tercatat pernah juga mengalami letusan di tahun 2020 juga di bulan Desember.

“Letusan kali ini, volume magmanya sebetulnya tidak banyak, tetapi abu vulkaniknya banyak sebab akumulasi dari letusan sebelumnya,” jelasnya.

Advertisement

Baca juga: Misteri Gunung Semeru: Paku Bumi Jawa Ditancapkan Para Dewa

Namun menurutnya Dr. Mirzam, arah letusan gunung Semeru bisa diprediksi yaitu mengarah ke tenggara. Hal ini karena mengacu pada peta Geologi Semeru, bidang tempat lahirnya gunung ini tidak horizontal tetapi miring ke arah selatan.

“Kalau kita mengacu pada letusan 2020, arah abu vulkaniknya itu cenderung ke arah tenggara dan selatan karena anginnya berhembus ke arah tersebut begitu juga dengan aliran laharnya karena semua suangai yang berhulu ke puncak Semeru semua merngalir kea rah selatan dan tenggara,” ujarnya.

Mirzam mengindikasikan abu vulkanik gunung semeru cenderung berat yang ditandai dengan warnanya yang abu-abu pekat. Hal tersebut terlihat dari visual di puncak Gunung Semeru. Sehingga ketika letusan-letusan sebelumnya terjadi, abu vulkaniknya jatuh menumpuk di hanya di sekitar area puncak Gunung Semeru, ini yang menjadi cikal bakal melimpahnya material lahar letusan 2021.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif